BOJONEGORO – Beritautama.co – Akses transportasi tambangan sangat dibutuhkan oleh warga masyarakat bantaran Sungai Bengawan Solo. Pasalnya, tambangan perahu merupakan akses tercepat untuk menghubungkan wilayah Bojonegoro dan Tuban. Seperti tambangan perahu yang terletak di kompleks TBS (Taman Bengawan Solo) Kecamatan Bojonegoro.
Namun sangat disayangkan, jembatan yang menjadi moda transportasi para warga yang bekerja sebagai pedagang, pegawai, bahkan pelajar itu harus ditutup. Akibatnya, sejumlah masyarakat pengguna moda transportasi air tersebut harus mencari jalan lain.
Penutupan itu dilakukan sejak Rabu (06/04/2022), dengan alasan akan dibangunnya ruang terbuka hijau (RTH) oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo, tepatnya di sebelah utara pasar kota Bojonegoro atau TBS.
“Akan dibangun RTH jadi sementara akses tambangan TBS ditutup,” ungkap Kepala Desa Banjarsari Fatkhul Huda.
Untuk mencari solusi sementara, pihaknya melakukan audiensi yang dihadiri oleh forkopimcam dan masyarakat serta penambang perahu.
“Hasil audiensi sore ini, sudah ditemukan solusi jangka pendek. Kita mengalihkan penyeberangan antara Desa Banjarsari dengan Desa Banjarrejo ini bergeser ke Desa Ledok Wetan yang mana lokasi tersebut tidak masuk wilayah RTH,” ucap Fatkhul Huda.
Fatkhul Huda menambahkan, perwakilan masyarakat sudah menerima solusi tersebut, sehingga masyarakat yang kebanyakan merupakan pedagang dan anak sekolah yang menjadikan penyeberangan tersebut sebagai transportasi utama tetap bisa beraktivitas.
“Tadi perwakilan masyarakat sudah menerima, yang terpenting transportasi anak-anak sekolah tidak terhalang dengan adanya penutupan,” pungkas Fatkhul Huda.
Penutupan tersebut sudah dilakukan sejak malam hari setelah adanya instruksi secara lisan dari pemerintah terkait untuk menutup tambangan. Hingga saat ini, belum ada kepastian penutupan tersebut permanen atau hanya sementara. Namun, masyarakat tetap berharap penutupan tersebut tidak selamanya.
Wendi, salah satu warga yang mengikuti audiensi mengatakan bahwa pihaknya menerima adanya penutupan tambangan ini, namun dengan catatan tidak selamanya.
“Ya kita menerima selama tidak ditutup selamanya dan berharap pembangunan segera selesai jadi segera bisa digunakan seperti semula,” terang Wendi, Kamis (07/04/2022).
Tidak hanya itu, pelajar yang juga menjadikan tambangan sebagai akses utama berangkat sekolah juga mengaku keberatan, bahkan mengaku tidak berangkat sekolah jika dilakukan penutupan secara permanen.
“Setiap hari berangkat sekolah lewat sini, kalau semisal ditutup total ya tidak sekolah,” ungkap Alinda.
Alasannya, pelajar Bojonegoro tersebut tidak mempunyai kendaraan roda dua untuk memutar melewati Jembatan Kaliketek. Selain itu, dia juga merasa takut melewati jalur jembatan akibat rawan kecelakaan.
“Kalau lewat jalan raya takut, banyak kecelakaan dan mobil-mobil besar,” ujar Alinda.
Dia berharap, penutupan tambangan tersebut hanya sementara karena menurutnya akan menyulitkan dalam melakukan aktivitas dan tambangan tersebut dianggap sudah lama ada. (han/zar)