GRESIK- beritautama.co- Stakeholder pertanian di Indonesia diminta belajar teknologi pertanian dari Thailand yang terbilang lebih maju saat ini. Dengan spirit ASEAN, maka diharapkan akan ada alih teknologi untuk kemajuan pertanian di tanah air.
“Manusia dan teknologi akan berjalan berdampingan. Kegiatan teknis pemupukan bisa dilakukan drone. Sedangkan, petani bisa melakukan hal-hal yang lebih produktif. Sehingga produktivitas pertanian dapat terus digenjot,” ujar Hermawan Kartajaya selaku Founder & Chairman MarkPlus Inc sebagai pembicara dalam Petro AgriTalk: Digital Farming, Ancaman atau Peluang untuk Sektor Pertanian di Kebun Percobaan (Buncob) Petrokimia Gresik, Kamis (14/7/2022).
Ia juga mengapresiasi langkah Pupuk Indonesa (Persero) yang menugaskan anak usahanya, dalam hal ini PT Petrokimia Gresik (PG) untuk menjadi percontohan perdana penggunaan drone untuk pupuk jenis granul.
“Di bidang pupuk tanah air, Pupuk Indonesia Group ini adalah yang terbesar, jadi kita memang mengutamakan Pupuk Indonesia Group untuk kolaborasi ini,” tandas Hermawan.
Sedangkan Direktur Utama (Dirut) PG Dwi Satriyo Annurogo menyampaikan bahwa digital farming menjadi salah satu strategi intensifikasi pertanian yang sudah seharusnya diaplikasikan di era industri 4.0 untuk meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus pendapatan petani.
“Selama tiga tahun ini, Indonesia memang tidak melakukan impor (beras- red). Apabila kita tidak melakukan apa-apa sekarang, maka krisis pangan akan terjadi di negara kita. Untuk itu kita harus terus melakukan perbaikan dan inovasi yang berkelanjutan,” tandas dia.
Salah satu teknologi digital farming yang diperkenalkan PG dalam rangkaian acara Petro AgriTalk adalah teknologi drone untuk pengaplikasian pupuk jenis granul. Drone yang didemonstrasikan di area Buncop Petrokimia Gresik ini merupakan percontohan perdana untuk pupuk granul. Sebab, drone hanya digunakan untuk pupuk jenis cair selama ini. Sedangkan pupuk yang diaplikasikan adalah produk andalan Petrokimia Gresik, Phonska Plus Formula 15-15-15.
“Drone yang kita terbangkan ini merupakan teknologi dari Thailand, dan mudah-mudahan bisa kita adaptasi karena sangat bermanfaat bagi pertanian Indonesia,” ujar Dwi Satriyo.
Pemanfaatan drone untuk pemupukan akan menghemat biaya produksi bagi petani, dimana salah satu item cost yang mahal dalam budidaya pertanian adalah tenaga kerja. Sedangkan drone cukup dioperasikan oleh satu orang dan mampu melakukan pemupukan antara 40-60 Ha/hari dengan hasil penyebaran pupuk yang lebih presisi.
Ke depan, teknologi ini diharapkan dapat melengkapi program Makmur yang selama ini dijalankan Petrokimia Gresik bersama Pupuk Indonesia untuk membangun ekosistem pertanian yang lebih baik. Yaitu mengolaborasikan lembaga perbankan, asuransi, offtaker, dan Petrokimia Gresik sebagai motor penggerak bertugas menyiapkan pupuk, pestisida, dan melakukan pengawalan budidaya pertanian.
Menurutnya, kehadiran teknologi dalam Program Makmur dapat meningkatkan pengetahuan teknis petani, seperti dosis pupuk yang tepat melalui rekomendasi Mobil Uji Tanah, pemilihan bibit unggul, atau agro input lain dengan cara yang lebih efisien. Begitu juga dengan sistem informasi mengenai cuaca atau kondisi pasar akan membantu ketepatan petani dalam pengambilan keputusan.
“Teknologi drone ini akan menyempurnakan peranan Mobil Uji Tanah Petrokimia Gresik,” imbuh Dwi Satriyo
Lebih lanjut, Dwi Satriyo menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama yang diinisiasi Pupuk Indonesia (Persero) dengan MarkPlus, Inc. Melalui kerja sama ini, produk-produk pengembangan Petrokimia Gresik ke depan akan disinergikan dengan teknologi untuk meningkatkan efektivitas pemupukan dalam rangka meningkatkan produktivitas pertanian.