SUMENEP – Beritautama.co – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur menggelar Simposium Peradaban NU di Keraton Sumenep, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, Sabtu (05/03/2022).
Acara tersebut dihadiri langsung oleh Ketua PBNU Gus Yahya Cholil Tsaquf, Sekjen PBNU Syaifullah Yusuf, jajaran ulama NU di Madura, Forkopimda Sumenep, serta tiga narasumber yang akan menyampaikan materi dalam acara tersebut.
Di antaranya, yakni K.H. R. Azaim Ibrahimy (Pengasuh Pondok Pesantren Syalafiyah Syafi’iyah Sukorejo-Situbondo), Prof. Dr. M. Mas’ud Said (Ketua ISNU Jawa Timur), dan K.H. D Zawawi Imron (Budayawan Nasional asal Sumenep).
Ketua Panitia Pelaksana Prof. Dr. K.H. Abdul A’la Basyir menyampaikan, Madura dipilih sebagai lokasi simposium dimaksudkan sebagai titik berangkat misi membangun peradaban. Hal ini diambil dari inspirasi lahirnya NU melalui silsilah tongkat Syaikhona Kholil Bangkalan yang dititipkan kepada K.H. Hasyim Asy’ari.
“Madura ini juga kuat dalam sejarah masa lalu, termasuk kekayaan budaya dan nilai-nilai peradaban yang ada di dalamnya,” ujarnya.
Dirinya menilai, dengan ditempatkannya acara Simposium Peradaban di Sumenep, semoga bisa diwariskan spirit dari perjuangan Kerajaan Mataram Islam di masa lalu.
“Sumenep dahulunya sebagai Ibu Kota Kerajaan Mataram Islam, dengan itu diharapkan bisa memberikan spirit dan berkah tersendiri untuk kesuksesan misi pembangunan peradaban,” terangnya.
Sementara itu, Bupati Sumenep Ahmad Fauzi menyambut baik acara simposium yang digelar oleh PWNU Jawa Timur. Orang nomor satu di Sumenep itu menyampaikan ucapan terima kasih lantaran PWNU telah percaya untuk mengadakan simposium di kabupaten ujung timur Pulau Madura tersebut.
Bupati Fauzi memaparkan jika di kabupaten yang dirinya pimpin itu sudah sejak lama mengenal keharmonisan di tengah banyaknya budaya yang dimiliki masyarakat Kabupaten Sumenep. Bahkan, sikap toleransi pun masyarakat Sumenep juga menjaganya dengan baik.
Apalagi, kata Bupati Fauzi, Kabupaten Sumenep juga terdapat masjid, gereja, dan kelenteng yang jaraknya berdekatan seperti di Desa Pabian, Kecamatan Kota.
“Syukur Alhamdulillah, tidak pernah terjadi konflik sosial yang melatarbelakangi suku, agama, ras, dan antargolongan,” tegasnya.
Tak hanya itu, Ketua DPC PDIP Sumenep itu juga menjelaskan, meskipun Sumenep terdiri dari kepulauan dan daratan, di dalamnya juga terdapat berbagai macam suku dan bahasa.
“Tidak hanya suku Madura saja, ada Mandar, Bajo, Bugis, Arab, dan Tionghoa. Masyarakat di kepulauan bahkan ada yang pakai bahasa Bajo,” tandasnya.
Bupati Fauzi mengaku hal ini sudah sejak ratusan tahun terbangun di tengah keberagaman suku, etnis, bahasa, dan agama di Kabupaten Sumenep. (san/zar)