GRESIK – Beritautama.co – Dalam rangka membantu meningkatkan kesejahteraan petani tebu, PT Petrokimia Gresik (PG) meneken nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) bersama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) Grup yang terdiri dari 6 pimpinan anak perusahaan PTPN III holding, yakni PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, dan PTPN XIV di Surabaya, Jawa Timur beberapa waktu lalu. Hal ini sesuai dengan tujuan Program Makmur yang merupakan akronim dari “Mari Kita Majukan Usaha Rakyat”.
Direktur Utama (Dirut) PG Dwi Satriyo Annurogo mengatakan, sebelumnya pada tahun 2021 lalu, PG telah melaksanakan kerja sama program Makmur dengan PTPN X dan PTPN XI. Kini, di bawah komando Pupuk Indonesia, PG memperluas jaringan kerja sama Program Makmur dengan anak perusahaan PTPN III holding lainnya yang bergerak di sektor tebu.
“Peran Program Makmur bagi petani tebu menjadi sangat penting, karena gula merupakan salah satu komoditas strategis nasional. Untuk bisa menghasilkan produktivitas dan rendemen yang tinggi, maka dibutuhkan sarana dan prasarana pertanian seperti pupuk dan pestisida yang akan dibantu penyediaannya melalui Program Makmur,” ujar Dwi Satriyo dalam rilisnya, Selasa (22/03/2022).
Adapun Program Makmur kolaborasi PG dengan PTPN Grup akan dilaksanakan di lima provinsi yakni Lampung, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan, dengan target luasan lahan mencapai 60.223 hektare.
“Kami targetkan petani yang terlibat mencapai 28.339 orang dari lima provinsi tersebut,” ujar Dwi Satriyo.
Dalam kerja sama ini, PTPN Grup berperan sebagai offtaker atau pembeli tebu hasil Program Makmur untuk memberikan jaminan pasar kepada para petani. Sedangkan PG berperan dalam menjamin ketersediaan dan harga pupuk non-subsidi, sekaligus memberikan kawalan budidaya pertanian. Di antaranya melalui layanan Mobil Uji Tanah (MUT), konsultasi teknologi pemupukan, rekomendasi dosis pupuk, dan pelaksanaan demonstration plot (demplot) jika dibutuhkan.
“Selain pupuk, komoditas Petrokimia Gresik juga memiliki anak perusahaan yang memproduksi pestisida dan insektisida, sehingga kawalannya lengkap,” imbuh Dwi Satriyo.
Sedangkan Direktur Pemasaran PT Pupuk Indonesia (Persero) Gusrizal menjelaskan Pupuk Indonesia selaku induk holding Petrokimia Gresik menyebutkan bahwa Menteri BUMN Erick Thohir telah membentuk Project Management Office (PMO) Makmur, dengan komoditas utama padi, jagung, tebu, dan kopi.
“Untuk itu, kami meminta kepada seluruh anak perusahaan dan perusahaan afiliasinya untuk ikut membantu perluasan program Makmur,” tandas dia.
Sementara itu, Direktur Utama holding PTPN III, Mohammad Abdul Ghani, secara virtual menyatakan bahwa pangan merupakan isu global di mana kepentingan nasional atau national interest ke depan akan semakin meningkat. Untuk itu, perusahaan BUMN seperti Pupuk Indonesia, PTPN, ID Food, dan sebagainya, dituntut untuk bisa meningkatkan kemandirian dan kedaulatan pangan, salah satunya melalui kolaborasi dalam Program Makmur.
Ghani juga meyakini bahwa kolaborasi perusahaan BUMN melalui kemitraan Program Makmur dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas petani. Karena dalam ekosistem ini semua sarana produksi yang dibutuhkan akan dapat terpenuhi secara tepat waktu dan dengan harga terjangkau.
‘Selain itu tentunya pendampingan budidaya dari Pupuk Indonesia dan PTPN grup diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan produksi nasional, yang bermuara kepada kesejahteraan petani,” ujarnya.
Sebagai informasi, Makmur merupakan program Kementerian BUMN yang bertujuan untuk menciptakan suatu ekosistem budidaya pertanian yang berkelanjutan dan terintegrasi, dengan melibatkan berbagai stakeholder di bidang sektor pertanian. Ada tujuh BUMN yang ditunjuk Kementerian BUMN sebagai penanggung jawab program ini, yaitu ID Food, Pupuk Indonesia, PTPN III, Perhutani, BRI, Askrindo, dan Asuransi Jasindo.
Adapun target Program Makmur yang dipercayakan Pupuk Indonesia kepada Petrokimia Gresik di tahun 2022 meningkat lima kali lipat dari tahun 2021, dari 16.000 hektare menjadi 85.000 hektare. Perinciannya 40.000 hektare untuk komoditas pangan (padi, jagung dan kedelai), 37.000 hektare untuk komoditas perkebunan (tebu dan kelapa sawit), serta 8.000 hektare untuk hortikultura (bawang merah, benih hortikultura, kentang dan cabai).