GRESIK, Berita Utama – Harga jual ketika panen yang cukup stabil, menjadi salah satu alasan petani untuk menaman kacang hijau ketika musim kemarau di wilayah yang minim adanya sumber pengairan. Kalaupun ada selisih harga dibanding jual dan biaya perawatan masih tetap tak sampai rugi besar.
“Paling rugi hanya tenaga, kalau dijual lagi itu biasanya masih kembali lagi keuntungannya. Perawatan juga tidak ribet. Kalau panen kacang ijo, sak murah-murah e masih 9 ribu – 12 ribuan atau harganya cukup stabil,” ujar Li’ah (57), salah satu petani kacang hijau Dusun Tulung, Desa Tulung, Kecamatan Kedamean saat ditemui beritautama.co di sawahnya, Rabu (02/08/2023).
Pekerjaan dengan tenaga memang cukup menyita untuk penyemprotan obat pengendali organisme penganggu tumbuhan secara berkala.
“Kalau tidak diobati, tanaman tidak bisa bagus. Kadang rusak, bisa ada ulatnya juga. Terus, pas awal muncul daun itu disemprot obat satu minggu sekali. Kalau saat ini, sudah tiga hari sekali harus disemprot dengan obat untuk menghindari ulat,” tambah dia.
Pembelian obat-obatan yang digunakan bisa menghabiskan biaya kurang lebih Rp 300 ribu. Selain itu, juga dibutuhkan bermacam-macam obat dalam proses perawatan.
“Obat-obatan tidak hanya satu. Ada berbagai macam, saya gak hafal. Kacang hijau ini, ketika sudah sekali panen masih ada harapan lagi untuk bisa dipetik di beberapa hari kemudian, bisa dua sampai tiga kali. Ribetnya hampir tiap hari nyemprot obat, kadang-kadang obat e mahal,” pungkas dia.
Komentar telah ditutup.