GRESIK-beritautama.co- Pandemi covid-19 yang cenderung melandai dan segera datangnya bulan Ramadan, disambut dengan bahagia oleh para pengerajin sarung tenun di Desa Wedani Kecamatan Cerme. Mereka mendapatkan keberkahan dengan datangnya bulan suci bagi umat muslim ini. Sebab, pesanan mulai mulai membanjiri dari berbagai daerah maupun luar negeri.
Para pengerajin kebanjiran order dari model sarung yang berkualitas standart hingga berkualitas super. Seperti pengakuan Qomariyah (32) salah aatu pengerajin sarung tenun asal Desa Wedani tersebut. Dia mengaku menjelang datangnya bulan Ramadan, pesanan yang masuk sudah ramai.
Bahkan, pesanan yang diterima lebih banyak dibanding 2 terakhir akibat pandemi covid-19. Sebab, pandemi yang cenderung melandai bahkan kebijakan pemerintah yang memperbolehkan tradisi mudik ketika lebaran tahun ini, berimbas besar dengan pesanan yang semakin besar.
“Alhamdulillah. Tidak seperti di tahun kemarin, Tahun ini, apalagi menjelang Ramadan barang yang kita produksi selalu habis.Pesanan juga semakin banyak,”ujarnya dengan wajah sumringah, Jum’at (25/03/2022).
Dikatakan, dia biasanya untuk 1 minggu mampu memproduksi 4-5 buah sarung tenun tradisional. Produksi sarung tenun tersebut biasa dikirim diluar kota hingga luar pulau,
Hal senada dikatakan Rupiyati, salah satu pengerajin dan pemilik usaha sarung tenun di Desa Wedani. Bahkan, sarung tenun produksinya tidak hanya diminati pasar domestik tetapi sudah beredar dipasaran manca negara.
“Bulan ini, kita dibanjiri pesanan, Untuk pasar domestik, para pembeli dari Pulau Garam sangat banyak yang pesan. Bisa memesan hingga ratusan sarung tenun”, jelas wanita yang sudah menjalankan usaha sarung tenun tersebut sejak tahun 1990.
Sayangnya, ditengah permintaan pesananan yang tinggi, tetapi kuantitas para pengerajin sarung tenun di Desa Wedani semakin menipis. Menurut Rupiyati, pemuda maupun pemudi di desanya sangat minim yang berminat untuk melanjutkan usaha sarung tenun tersebut,
“Hanya orang tua saja yang bekerja menenun. Dan mayoritas, mereka juga petani semua. Sedangkan para pemuda, semuanya lebih memilih kerja ke pabrik. Padahal, usaha sarung tenun ini merupakan kearifan lokal yang seharusnya kita lestarikan”, pungkasnya.