KICK OFF perhelatan akbar Piala Dunia 2022 segera di mulai. Seluruh penggila bola (gibol) tak sabar menyaksikan tim maupun idolanya unjuk gigi di ajang sepak bola tertinggi seluruh jagad ini. Termasuk, kehebatan seorang pelatih dalam meracik timnya sehingga menjadi pemuncak di akhir pertandingan.
Kemarin, Bupati Gresik menyelenggarakan mutasi di lingkup pejabat struktural maupun fungsional. Ada sejumlah 129 pejabat atau aparatur sipil negara (ASN) yang dipromosikan maupun di tukar tempat.
Ibarat sebuah klub atau tim sepak bola, jabatan bupati merupakan manager atau pelatih. Sebagai gibol, muncul tanda tanya besar dibenak penulis, sebenarnya line up model apa yang hendak disusun oleh orang nomer satu di Gresik ini?. Mengingat beberapa pos jabatan sebenarnya masih hangat dan belum genap satu tahun karena baru dilantik akhir tahun 2021. Namun dalam waktu singkat mengalami “kocok ulang” juga.
Tentu kocok ulang merupakan hal wajar bagi sebagian orang, namun tentu menjadi tidak wajar jika dilakukan dalam durasi yang sangat singkat dengan tingkat frekuensi yang tinggi. Kepala Daerah hanya tinggal kurang lebih 15 bulan lagi menjabat. Sehingga, tahun 2023 merupakan tahun terakhir pembuktian kinerja Kepala Daerah terpilih ini.
Dengan frekuensi mutasi yang tinggi ini, penulis sedikit menarik kesimpulan bahwa Bupati masih belum menemukan line up yang ideal dari birokrat-birokrat yang sebenarnya menjadi ujung tombak Kepala Daerah dalam bekerja membangun daerah.
Dari sekian banyak nama, sebenarnya kompetensi apa yang menjadi pertimbangan Bupati dalam menentukan pejabat birokratnya? Sebagai contoh ada nama drg. Saifudin Ghozali yang dilantik sebagai Kepala Dinas Pariwisata, Ekraf, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparekrafbudpar) yang sebelumnya sebagai Kepala Dinas Keluarga Berencana Pemberdayaan Pereempuan (KBPP). Bahkan, sebelumnya lagi sebagai Kepala Dinas Kesehatan karena kompetensi dasarnya seorang dokter gigi.
Ada juga pos jabatan yang dulunya diisi dari hasil Seleksi Terbuka (Selter) seperti Ir Achmad Hadi, yang sebelumnya Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR), “dirolling” menjadi Inspektur Daerah. Seharusnya, Selter menjadi dasar penilaian kompetensi yang juga kompetitif, namun pada akhirnya juga mengalami kocok ulang.
Analisis penulis, bahwa Birokrat-birokrat ini sedang berupaya menemukan pola dan ritme kerja di masing-masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD), namun ritme dan budaya belum terbentuk tetapi sudah dirombak lagi. Di satu sisi ini, bisa jadi tindakan cepat Bupati agar kinerja OPD tidak lekas memburuk. Di sisi lain penghentian di tengah jalan ini, juga bisa dinilai sebagai hal yang tergesa-gesa. Lebih fair lagi, Bupati menugaskan kepala dinas ini dari masa perencanaan hingga eksekusi sehingga bisa diukur komitmen perencanaan sekaligus output yang dihasilkan sekaligus dampak yang diberikan bagi daerah.
Bisa sedikit penulis simpulkan bahwa kegiatan yang dilakukan kepala OPD yang dirolling dalam mutasi ini justru menjalankan apa yang sudah direncanakan oleh kepala OPD sebelumnya.
Dari sudut pandang anggaran. Hari-hari ini adalah masa finalisasi rancangan APBD (RAPBD) Gresik tahun 2023. Ini sudah direncanakan dengan matang oleh birokrat-birokrat sebelumnya. Ketika hendak dieksekusi ,justru yang menjalankan adalah wajah-wajah baru. Tentu ini sebuah tantangan dan juga tugas yang harus diemban.
Dalam sepak bola, kompetisi akan dimenangi oleh klub yang line up -nya solid sejak pertandingan pertama. Transfer pemain di tengah musim (baca : mutasi pejabat) menunjukkan masih belum konsistennya permainan sebagaimana arahan pelatih. Dan,Pelatih yang baik adalah yang mampu menghadirkan The Dream Team dalam memenangi tiap pertandingan sejak kick off perdana
Tunggu saja sepak terjang para birokrat ini. Apakah sudah sesuai dengan line up yang diharapkan oleh Bupati dan mampu menerjemahkan instruksi pelatih di lapangan?, Ataukah hanya sekedar mencoba formasi ?. Jebrettt..
M. SYAHRUL MUNIR
Penulis adalah Ketua FPKB DPRD Gresik