GRESIK – Beritautama.co – Panggung teater masih eksis menjadi bahan diskusi untuk menjembatani antara pegiat seni kalangan muda dan tua. Buktinya, acara talk show bertajuk “Membaca Sejarah Melalui Panggung Teater” yang digelar di Kedai Gresiknesia di Omah Damar, Jalan Nyai Ageng Arem-Arem No. 22 Gresik, Sabtu (24/09/2022) malam, berlangsung meriah.
Kegiatan tersebut diinisiasi oleh Sanggar Lidi Surabaya dalam rangkaian acara menjelang peringatan satu dekade dengan pementasan teater yang mengambil tema Gayatri pada tanggal 18 hingga 20 Oktober 2022 mendatang.
Pembina Sanggar Lidi Surabaya Totenk M.T. Rusmawan mengatakan bahwa pada pementasan nantinya, banyak penambahan warna baru ke dalam naskah yang ditulisnya itu.
“Saya mencoba menambahkan dialog berdasarkan dari kehidupan rakyat jelata. Kenapa begitu? Karena sangat jarang sekali nama mereka dimunculkan dalam catatan sejarah,” kata pria yang pernah berguru kepada W.S. Rendra di Bengkel Teater tersebut.
Dari berbagai sumber yang dihimpun, kata Totenk, sosok Gayatri yang merupakan istri keempat Raden Wijaya merupakan wanita yang inspiratif.
Hadir dalam kesempatan yang sama, Pemerhati Sejarah Klasik Sudi Harjanto mengatakan bahwa sosok Gayatri hampir tidak pernah ditampilkan dalam pementasan teater, padahal cerita beserta asal-usulnya sangat layak untuk ditampilkan.
“Peran paling penting Gayatri adalah dia menurunkan ego paling tinggi. Tidak ada yang lebih menarik ketika peradaban itu sudah selesai, kecuali ketika membahas peradaban wanita,” ujarnya.
Sudi juga menerangkan panjang lebar asal-usul dan sejarah dari Kerajaan Majapahit. Bahkan, dia juga menemukan fakta baru berdasarkan pada Prasasti Mula Malurung (1255 M) yang baru ditemukan pada era pascakemerdekaan Indonesia.
Sementara itu, Praktisi Teater M. Zuhdi Amin mengapresiasi pementasan Gayatri yang dikemas oleh Komunitas Seni Sanggar Lidi Surabaya.
“Ini menjawab semua keraguan dalam diri saya. Bahkan, sebelum berproses pun mereka mengambil filosofi proses kelahiran manusia sekira 9 bulan. Dan sangat jarang yang melakukan seperti ini. Prosesnya yang utama,” tutupnya.
Di sisi lain, panggung teater bukan sekadar ladang hiburan saja, akan tetapi dapat merangkul semua sisi dalam kehidupan. Mulai dari sejarah, kedisiplinan, ketangkasan, kesenian, dan keindahan yang perlu direnungkan. Sekaligus sebagai ladang intelektualitas yang bentuk konkretnya untuk diterapkan dalam kehidupan. (feb/zar)