JATIM – Beritautama.co – Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menjajaki kerja sama dengan perwakilan Australia. Salah satu yang dibahas yaitu memperluas pangsa pasar ekspor buah manggis. Hal tersebut disampaikan Wagub Emil saat menerima kunjungan kerja Lead Consultant IA-CEPA ECP Katalis Trish Gleeson yang didampingi oleh Konjen Australia Fiona Hoggart dan Wakil Konjen dan Australian Trade and Investment Commissioner Lauren Adams di Ruang Rapat Wagub Jatim Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (14/11/2022) kemarin.
Menurut Wagub Emil, Jawa Timur merupakan penghasil buah manggis terbesar ketiga, dari total kontribusi nasional. Setiap tahunnya, sebanyak 10 persen manggis di Indonesia dihasilkan di Jawa Timur.
“Ekspor manggis terbanyak Jawa Timur ke Tiongkok, Hongkong, Singapura. Nah Australia ini terakhir tahun 2012, terakhir mengimpor dari Indonesia namun hanya 6 ton. Tapi dari Thailand bahkan mereka mengambil 300 ton lebih,” ujar Wagub Emil.
Oleh karena itu, lanjut Wagub Emil, saat ini Jawa Timur telah memiliki kerja sama komprehensif ekonomi partnership. Dengan adanya kebijakan tersebut, rencana ekspor manggis ke Australia tersebut akan dimatangkan dan akan segera diwujudkan.
“Termasuk akan ada satu fasilitas untuk melakukan sterilisasi buah yang sudah dibangun di Surabaya berbasis teknologi. Nah, perusahaannya berbasis teknologi radiasi. Kita akan lihat, apakah ini juga potensial bisa membantu kita untuk memperluas pangsa pasar buah,” jelasnya.
Di Jawa Timur sendiri, lanjutnya, buah manggis justru banyak ditanam di pekarangan rumah. Beberapa daerah tersebut antara lain di Kabupaten Banyuwangi, Ponorogo, dan Kabupaten Malang.
“Kalau ada 5 pohon (di masing-masing rumah) akan menghasilkan masing-masing satu pohon 50 kilo. Harganya per kilo Rp30.000 misalnya, itu bisa Rp7,5 juta. Itu untuk 1 tahun ya. Nah itu kan lumayan,” kata Wagub Emil.
Lebih lanjut, Wagub Emil menambahkan, diskusi yang dilakukan oleh Pemprov Jatim dan Australia ini dilakukan untuk melihat potensi yang dimiliki. Hal tersebut dilakukan untuk melihat dari hal yang sederhana yakni pemenuhan standar ekspor manggis.
“Kenapa kok enggak bisa masuk Australia? Ini mau dijawab dulu. Kenapa Australia banyak beli, tapi lebih beli ke Thailand, apa sebabnya dan kenapa setelah 2012 berhenti? Pengiriman terakhir bahkan hanya 30 kilo, itu namanya enggak ekspor,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Lead Consultant IA-CEPA ECP Katalis Trish Gleeson menambahkan bahwa pihaknya ingin menilai keberlangsungan proyek ekspor manggis yang berpotensi dilakukan Jawa Timur ke Australia.
“Kami juga mengidentifikasi tantangan dan kesempatan serta mengakselerasi ekspor manggis ke Australia atau ke pasar lainnya,” ujarnya.
Lebih lanjut, dirinya mengatakan bahwa proyek ekspor manggis dari Jatim ke Australia ini dilakukan lantaran Jatim merupakan produsen ketiga terbesar di Indonesia.
“Kemudian kami mencari informasi dari beragam rantai dagang manggis. Juga menilai kapasitas produksinya per tahun. Trennya makin lama makin tinggi untuk nilai jualnya, dibandingkan dengan pertumbuhan volumenya. Ini kesempatan baik untuk Jawa Timur mengekspor manggis karena nilainya makin besar,” tukasnya. (*/zar)