Nasional – beritautama.co – Pemerintahan Presiden Joko Widodo dinilai tidak ada rencana swasembada kedelai. Sebab, masalah kedelai bukan hal baru dan sering terjadi setiap tahunnya.
“Nah ini udah lama terjadi dan sayangnya sejak pemerintahan Jokowi tidak ada rencana untuk Swasembada kedelai,” kata ekonom senior Rizal Ramli dikutip dari Channel Youtube pribadinya oleh merdeka.com, Minggu (06/03/2022).
Menurutnya, kedelai itu beda dengan bawang putih yang hanya bisa ditanam di lokasi tertentu. Misalnya di Brebes. Tapi, kedelai itu bisa ditanam di mana saja sama halnya seperti jagung.
“Jadi sebetulnya tidak masalah, cuman kebijakan mendukung peningkatan produksi oleh petani. Contohnya harga beli kedelai dari petani hanya Rp 5.000, harga di retail namanya kedelai itu hampir Rp11.000 kedelai eks impor,” jelasnya.
Selain itu, produktivitas kedelai di Indonesia sangat rendah yakni hanya 1,5-1,6 ton per hektar, dibanding negara yang paling unggul dalam menanam kedelai, yaitu Brazil mencapai 3,5 ton per hektar dan Argentina mencapai 3,7 ton per hektar.
Masalah selanjutnya, kata Rizal Ramli, yang menyebabkan harga kedelai mahal yaitu tidak ada insentif untuk petani lokal, sehingga mereka malas untuk menanam karena keuntungannya sangat kecil. Maka ketika ada masalah kekurangan bahan kedelai, justru solusinya paling gampang melakukan impor. Padahal kebutuhan konsumsi kedelai dalam negeri itu 2,5 juta ton per tahun, namun petani hanya mampu memasok 140 ribu ton saja.
“Sehingga mereka bunting tanam kedelai justru solusinya impor, ada masalah impor. Kalau itu sih nggak perlu pemerintah yang canggih itu mah pedagang aja suruh kerjain. Sayangnya policy untuk memperbesar supply baik kedelai dan lain-lain itu nyaris nggak ada,” ujarnya.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, Rizal Ramli menyarankan Pemerintah seharusnya gencar melakukan promosi dan menerapkan kebijakan untuk meningkatkan swasembada hingga memperhatikan kualitas bibit, dan memberikan insentif kepada petani kedelai, maka masalah yang serupa tidak akan terulang.