GRESIK- beritautama.co-PT Petrokimia Gresik (PG) telah menyiapkan sejumlah strategi untuk melakukan ekspansi bisnis tidak sebatas menjadi perusahaan solusi agroindustri saja, tetapi juga centra petrochemical industry di masa mendatang. Hal ini sesuai dengan tema yang diusung dalam HUT tahun 2022 ini, yakni “Beyond Infinity”, yang dapat diartikan sebagai semangat untuk terus melampaui batas-batas yang ada.
Salah satu tantangan yang kini tengah dihadapi PG adalah dampak perang di kawasan Eropa yang mempengaruhi harga dan pasokan bahan baku pupuk di pasar global. Khususnya phosphate dan kalium yang merupakan bahan baku NPK dan tidak tersedia di tanah air.
Seperti diketahui, Petrokimia Gresik merupakan produsen pupuk majemuk terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi mencapai 2,7 juta ton per tahun, sehingga membutuhkan pasokan kedua bahan baku tersebut dalam jumlah yang besar.
Sehingga, strategi pertama yang dicanangkan untuk menjaga pasokan NPK di Indonesia adalah dengan menjajaki pembangunan pabrik NPK di Yordania. Langkah strategis ini dilakukan bersama holding Pupuk Indonesia, untuk mendekatkan pabrik NPK PG dengan sumber bahan baku, sehingga diharapkan dapat mengefisienkan biaya produksinya.
Selanjutnya,strategi kedua dan ketiga adalah peningkatan produktivitas NPK nasional dengan melakukan konversi pabrik, dari pabrik pupuk Fosfat menjadi pabrik NPK PhonskaV, serta mempersiapkan pendirian pabrik baru NPK Phonska VI.
“Ketiga langkah strategis tersebut tidak hanya akan mengamankan produktivitas NPK nasional, tapi juga memperkuat posisi Petrokimia Gresik sebagai produsen NPK terbesar di Indonesia, bahkan Asia. Sehingga kesempatan untuk ekspansi pasar internasional semakin terbuka lebar, tentunya setelah memenuhi kebutuhan pupuk di dalam negeri,” tandas Direktur Utama (Dirut) PG, Dwi Satriyo Annurogo dalam siaran persnya, Rabu (13/07/2022).
Keempat, struktur bisnis perusahaan yang erat kaitannya dengan bahan baku gas juga menjadi perhatian Petrokimia Gresik, dimana perusahaan akan melakukan penjajakan untuk mendapatkan suplai gas baru dari Utara Pulau Jawa. Pasokangas ini rencananya akan dimanfaatkan untuk pengembangan pabrikAmoniak-Urea(Amurea) III atau pengembangan lainnya.
“Jika Petrokimia Gresik berhasil memperoleh pasokan gas yang baru, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas pupuk Urea melalui pengembangan pabrik Amurea III. Sehingga kedepan kita tidak hanya menjadi leader di pasar NPK, tapi juga Urea,” ujarnya.
Strategi Petrokimia Gresik yang kelima, tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi pupuk saja, tapi juga mendorong kemajuan industri kimia nasional.Diantaranya pembangunan pabrik Soda Ash berkapasitas 300.000 ton per tahun, dengan memanfaatkan produk hilir dari pabrik Amoniak-Urea berupa CO2 yang diolah menjadi bahan baku pembuatan Soda Ash.
“Nantinya ini akan menjadi produk Soda Ash pertama buatan dalam negeri untuk membantu mengurangi ketergantungan impor Soda Ash yang mencapai 1 juta ton per tahun,” tandas Dwi Satriyo.
Seperti diketahui, kebutuhan Soda Ash nasional sangat tinggi sebagai tumpuan bahan baku berbagai produk yang banyak kita temui sehari-hari, seperti sabun, deterjen, kertas, tekstil, keramik, gelas, kaca dan lain sebagainya.
Selanjutnya, komitmen Petrokimia Gresik untuk kemajuan industri kimia nasional juga tampak dari strategi keenam, yakni upaya Petrokimia Gresik melakukan scale up pabrik Green Surfactant. Produk ini mendapatkan sambutan baik dari industri minyak dan gas setelah pertama kali dipasarkan pada tahun 2021 kemarin.