GRESIK, Berita Utama – Keterbatasan tak menghalangi untuk berprestasi. Begitu juga profesi yang dilakoni, menghasilkan rezeki halal. Begitulah yang dijalani atlet lari sekaligus tukang pijat bernama Andri Bagus Sugiarto (31) yang menjabat Ketua Umum National Paralympic Comitte Indonesia (NPCI) Gresik.
Jatuh bangun perjuangannya hidupnya dikisahkan sejak mengalami tuna netra di tahun 2005 silam. Sebelumnya, Andri memiliki penglihatan normal. Pada waktu masih duduk di bangku SMP, tiba-tiba dia jatuh sakit. Berawal dari tubuh yang meriang, disertai batuk, dan pilek.
“Awalnya sakit panas batuk pilek. Panasnya tinggi. Badan menggigil kedinginan. Orang tua saya melihat seperti kedinginan, tapi ketika dipegang badan saya meriang,” jelasnya saat ditemui beritautama.co di Kantor NPCI Gresik, Gelora Joko Samudro, Selasa (07/02/2023).
Bahkan, matanya sempat membengkak. Kemudian, keluar darah segar dari lubang hidungnya yang mengalir tanpa henti. Alhasil, Andri harus opname di UGD hampir satu bulan lebih.
“Itu didiagnosis alergi obat. Opname hampir satu bulan setengah. Mata langsung nutup dan tidak bisa untuk melihat. Dua hari kemudian, baru mencoba berdiri. Berjalan pelan-pelan, ya belajar seperti anak kecil lagi. Akhirnya, tidak sampai satu Minggu bisa berjalan normal. Tetapi mata saya tidak tertolong,” imbuh dia.
Ketika mengalami tuna netra, Andri juga binggung yang bisa dikerjakan. Mulai Cuci pakaian, cuci piring, dan lainnya.
“Saya sendiri, waktu itu mau keluar rumah itu minder. Nanti menabrak atau kejeglong. Takutnya dimarahi orang tua dan dilarang ke luar rumah,” tandas dia.
Meski begitu, Andri tidak putus asa dan menyerah begitu saja atas keterbatasan yang dialaminya. Dia juga mengambil keputusan untuk keluar dari sekolah. Melalui radio yang diandalkan untuk mendengar dan mendapat informasi.
“Dari situ mengetahui kalau ada komunitas mata hati di Surabaya. Ternyata ada komunitas Tuna Netra. Jadi penasaran dan tanya-tanya, akhirnya sharing-sharing. Lalu saya tertarik lanjut di sekolah luar biasa (SLB) di Surabaya. Selain itu, saya juga ikut kursus pijat,” terang dia.
Setelah masuk SLB setingkat SMP di tahun 2010 di Surabaya, Andri mengawali karirnya sebagai atlet disabilitas cabang atletik yakni lari. Selain itu, dia juga mengikuti kursus pijat tuna netra.
” Setelah saya kumpul sama komunitas tuna netra, ternyata gak semua orang tuna netra melakukan hal itu, malah saya mendahului. Ini kan kemandirian. Baru ikut tanding 2011. Untuk proses latihannya, ada pelatih pendamping. Entah saat jogging dan lainnya. Awal-awal bingung saat dijelaskan. Tapi kalau tak praktik, ya ngak ngerti. Intinya gak semenakutkan seperti yang dibayangkan,” jlentreh dia.
Namun kerja keras dan kemauannya telah dibuktikan dengan beberapa prestasi yang pernah diraih pada cabor atletik diantaranya yakni medali emas di ajang Kejurnas Solo 2015, dan dua medali perak masing-masing di nomor 100 meter putra dan 200 meter dalam ajang Pekan Paralimpoade Nasional (PEPARNAS) XVI 2021 di Papua.
Komentar telah ditutup.