GRESIK, Berita Utama- Kendati bantuan dalam bentuk sembako dan kebutuhan lainnya terus mengalir ke korban gempa di Pula Bawean, tetapi ada hal lain yang tak kalah penting. Sebab, warga masih bertahan di tenda pengungsian, atau di Dhurung istilah orang Bawean menyebut bangunan gazebo. Apalagi dari data dari BMKG Bawean, per tanggal 1 April 2024, jumlah gempa mencapai 417 kali dengan magnitudo terbesar M 6,5 dan terkecil M 2,5.
“Temuan kita di lapangan, yabg sangat mengkhawatirkan sekaligus memprihatinkn adalah sampai saat ini warga masih takut utk kembali ke rumahnya. Selain karena trauma juga karena memang gempa susulan tiap hari masih terus ada meskipun intensitasya kecil,”ujar Anggota DPRD Gresik dari Dapil Pulau Bawean, Bustami Hazim, Senin (01/04/2024).
Menurut, anggota Komisi IV DPRD Gresik ini, warga yang masih terus bertahan di tenda dalam waktu yang belum tahu sampai kapan dikhawatirkan terganggu kesehatannya.
“Kami berharap penerintah segera mrngambil tindakan-tindakan antisipatif. Misalnya menyediakn huntara (hunian sementara) yang aman dari gangguan cuaca maupun bencana,”harap anggota F-PKB DPRD Gresik ini.
Huntara menjadi penting untuk para korban bencana sebagai tempat tinggal sementara selama proses recovery. Sembari menunggu lokasi dan para korban settle atau siap secara fisik dan mental, maka huntara menjadi satu-satunya tempat para korban bencana untuk tinggal. Oleh karena itu, di area huntara juga harus terdapat fasilitas sarana dan prasarana umum yang dapat menunjang kebutuhan hidup para korban pascabencana.
Huntara berperan sebagai jembatan antara emergency shelter (hunian darurat) dan permanent shelter (hunian tetap), dan diprioritaskan dalam hal kecepatan membangun dengan biaya seminimal mungkin dalam pembangunannya. Batas penggunaan hunian sementara kurang lebih 1 tahun.
Bangunan huntara harus mampu menampung kegiatan dasar rumah tangga dalam kondisi iklim apapun. Dengan demikian, iklim juga menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan rancangan hunian sementara. Selain itu, lama bernaung, praktik budaya, keselamatan dan privasi, mata pencaharian, dan ketersediaan material bangunan juga harus dipertimbangkan dengan matang agar tujuan pembangunan hunian sementara dapat tercapai.
Komentar telah ditutup.