GRESIK – beritautama.co- Kasus kekerasan di lingkungan pondok pesantren masih terjadi. Seperti menimpa santri di sebuah pondok pesantren di Jombang maupun di Ponorogo yang tengah diproses secara hukum. Realitas yang menjadi perhatian publik ini, juga menjadi bahasan dalam pertemuan rutinan pertama Bu Nyai Nusantara yang diikuti 73 Bu Nyai se-Kabupaten Gresik di Pondok Pesantren Al-Karimi Desa Tebuwung, Kecamatan Dukun., Rabu (7/9/2022)
Wakil Bupati Gresik Aminatun Habibah (Bu Min) yang juga ketua Bu Nyai Nusantara Gresik meminta kepada seluruh Bu Nyai agar dapat wujudkan lingkungan yang nyaman bagi para santri. Sebab, sifat otoriter masih melekat pada beberapa pesantren dan harus diperbaiki. Hal ini akan mencoreng gelar Gresik sebagai Kota Santri.
“Saya tahu sifat bu nyai beberapa masih ada yang otoriter, tidak semua tapi ada, maka dari itu harus dirubah” tegas Bu Min.
Wabup Gresik meminta kegiatan di pondok pesantren harus ramah anak. Ini penting dalam mewujudkan cita-cita Gresik sebagai kabupaten ramah anak.
Sejumlah Bu Nyai yang hadir saat itu di antaranya Nur Khoiriyah PP Al-Maghfur Sekapuk, Aliyah Ghozali PP Assalafi Al-Kholili Gresik, Suaibatul Islamiyah PP Al-Hidayah Driyorejo, dan Ashimatul Wardah PP Qomaruddin Bungah.
Sebagai Wabup Aminatun memastikan kegiatan ini akan berkelanjutan. Tujuannya untuk mereformasi cara pandang dalam mendidik anak-anak di dalam maupun di luar ponpes.
“Intinya bagaimana cara kita menjadikan kabupaten ramah anak” ujar Bu Min.
Dia menekankan kepada seluruh anak-anak memiliki hak setara dalam diperlakukan sejak masih dalam kandungan.
“Sejak dalam kandungan, anak-anak punya hak yang sama yaitu hak hidup, tumbuh kembang, perlindungan, dan partisipasi” tutur Bu Min.