GRESIK-beritautama.co- Kendati petani Dusun Gancung Desa Pandanan Kecamatan Duduksampeyan pernah mendapat sosialisasi dari Dinas Pertanian (Distan) terkait sistem tanam Jajar Legowo (Jarwo), tapi mereka enggan mengeksekusi dengan alasan pertimbangan hasil panen nantinya.
“Alasan pertama mereka belum terbiasa. Kedua, ada mindset bahwa tanah kok dikosongi, atau tidak memanfaatkan lahan yang ada. Ketiga, hampir semua petani mempertimbangkan hasilnya, karena belum ada yang mengawali. Karena itu, saya mencoba untuk mengawalinya,” ujar Mohammad Tajuddin (25) saat baru pertama kalinya menerapkan sistem tanam tersebut di lahan persawahan miliknya di Dusun Gancung Desa Pandanan Kecamatan Duduksampeyan.
Sistem tanam padi Jajar Legowo (Jarwo) memberikan tantangan tersendiri bagi petani yang menerapkannya. Dalam sistem tanam Jajar Legowo, setiap 2/3/4 baris yang memanjang diselingi satu baris kosong dengan lebar dua kali jarak tanam. Sedangkan, pada jarak tanam dalam baris yang memanjang diperpendek menjadi setengah jarak tanam.
“Butuh benih lebih banyak daripada tanam biasa. Karena jarak tanam dalam barisan yang memanjang diperdekat, maka mengharuskan saya untuk memperbanyak benih padi yang ditanam,” terangnya kepada beritautama.co, Sabtu (16/07/2022).
Selain itu, dibutuhkan waktu yang lama untuk bertanam. Maka membutuhkan pekerja yang banyak demi efisiensi waktu.
“Kalau pekerjanya banyak, otomatis biaya yang dikeluarkan ikut bertambah banyak juga,” imbuh dia.
Sejak pertama kali menanam hingga masa perawatan, lanjut dia, kebanyakan petani lain di desanya belum tahu tentang hasil yang akan didapatkan.
“Karena di sini belum ada yang mengawali, petani di sini belum sepenuhnya memercayai teori Jajar Legowo,” cetus petani milenial. Mg2