GRESIK-beritautama.co- Prestasi olahraga di Gresik yang jauh dari ekspektasi membuat Bupati Fandi Akhmad Yani (Gus Yani) terlihat sangat kesal dan uring-uringan. Bahkan, kekesalannya disampaikan dalam penyambutan atlet seusai berlaga di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) VII Jatim tahun 2022 di Wahana Ekspresi Poesponegoro (WEP), Selasa makam (12/07/2022) dengan menyatakan secara terbuka merasa malu.
Untuk itu, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Gresik diperintahkan agar menyiapkan para atlet dengan matang dalam persiapan Porprov Jatim VIII tahun 2023 nanti.
” Porprov Jatim dimajukan di tahun 2023. Insya Allah, rencananya ditempatkan di Sidoarjo. Mohon disiapkan para atletnya. Tidak ada atlet yang ujug-ujug atau instan. Untuk atlet seluruhnya harus dipersiapkan. Seluruhnya dilatih. Kita siap di tahun 2023 menjadi yang lebih baik,” ujar dia.
Gus Yani juga menginginkan adanya satu konsep ekosistem olahraga di Kabupaten Gresik. Sebab, pihkanya sangat berkomitmen untuk mendukung dan memfasilitasi para atlet Kabupaten Gresik. Untuk itu, sinergitas antara stakeholder dibutuhkan.
“Saya malu ketika bupatinya masih muda dan representasi dari anak muda itu pasti olahraga,” ungkap dia.
Dia juga merasa sebagai bupati yang masih muda, sangat disayangkan apabila olahraga yang merupakan representasi dari anak muda tidak dapat dimaksimalkan.
“Saya sudah berkomunikasi dengan KONI dan berharap agar setiap cabor habis ini didampingi. Dicarikan tempat latihan untuk masing-masing cabor,” cetus Gus Yani.
Karena membutuhkan sinergitas dengan semua pihak, maka Gus Yani berharap agar setiap cabor didampingi dengan sungguh-sungguh, dengan adanya fasilitas dari pemerintah, baik itu pemerintah daerah hingga pemerintah desa.
“Kalau di tingkat desa itu ada aset, silakan pakai. Mereka membangun fasilitas tersebut juga dari APBD kita. Saya heran kalau ada sarana aset desa dipakai untuk latihan susah. Entah alasannya itu seperti apa,” imbuh Gus Yani dengan kesal.
Bahkan, Gus Yani mewarning pemerintah desa yang tidak mau memfasilitasi atau tidak menggunakan anggaran desa semestinya. Sebab, ada anggaran biaya perawatan dari APBD Gresik, bentuknya bisa dari usulan pokok-pokok pikiran (pokir) DPRD atau topdown dari Pemkab Gresik secara langsung.
“Boleh jika menarik biaya untuk perawatan sarana olahraga. Dengan catatan, harga yang rasional. Kalau misal ada satu desa yang minta satu juta rupiah untuk satu bulan, masa kayak hotel bintang lima. Saya ingatkan, kalau diteruskan seperti itu, saya perintahkan petugas untuk memeriksa pembangunannya,” tandas dia.
Gus Yani juga berharap adanya tambahan mitra dari perusahaan di Gresik. Diketahui untuk saat ini, masih ada 4 perusahaan yang mendukung penuh bidang olahraga.
“Cuma ada empat yang mendukung. Habis ini kita bagi ke masing-masing cabor. Mitranya siapa, nantinya agar dikawal. Diperhatikan dalam arti, cabor itu punya tempat latihan atau tidak. Kalau belum, dikomunikasikan lagi,” jlentrehnya.
Pihaknya juga siap menerima keluhan dari pemerintah desa terkait fasilitas olahraga yang dimiliki,
“Kalau ada desa yang sekiranya masih susah, telpon Pak Dandim, telpon Pak Kapolres, telpon Pak Kajari,” pungkasnya.mg2