SUMENEP – Beritautama.co – Keberangkatan kapal feri di Pelabuhan Tarebung tujuan Sapudi-Jangkar mendapat sorotan warga pada momentum arus balik kali ini. Pasalnya, ada banyak pengendara sepeda motor yang tertolak masuk kapal feri lantaran dikatakan jumlah kendaraan di dalam kapal sudah penuh.
Padahal, sebagian dari pengendara motor sudah ada yang memegang tiket keberangkatan yang menandakan dirinya sudah bisa masuk menuju ke dalam kapal feri. Bahkan, ada sebagian pengendara motor yang sudah membeli tiket tiga kali keberangkatan sebelumnya, namun tetap saja tidak bisa masuk lantaran banyaknya penumpang gelap yang diduga main belakang.
Seperti yang disampaikan Syaidi, Warga Dusun Sabung-bung, Desa Pancor, Kecamatan Gayam, Kabupaten Sumenep melalui sambungan telepon. Syaidi menyampaikan bahwa dirinya sudah tiga kali tertolak berangkat.
“Saya sudah tiga kali tertolak, padahal saya sudah membeli tiket keberangkatan sebelumnya,” ujarnya, Rabu (18/05/2022) kemarin.
Dia mengaku sangat kecewa lantaran perilaku oknum petugas yang integritasnya dipertanyakan dalam mengatur arus balik di Pelabuhan Tarebung. Sebab, ada sejumlah penumpang yang baru mengantre tiba-tiba nyelonong bisa masuk ke dalam kapal.
“Patut diduga ini memang sengaja ada permainan petugas, kami yang 3 kali lebih awal mendapatkan tiket justru ditelantarkan dan lagi-lagi tertolak,” ujarnya.
Hal serupa juga dialami oleh Rusdi, Warga Dusun Tana Celleng, Desa Pancor, Kecamatan Gayam, Kabupaten Sumenep. Anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jember itu mengalami nasib yang sama pada saat dirinya hendak balik ke tempat kerjanya di pulau seberang.
Menurut Rusdi, tiket keberangkatan kapal di Pelabuhan Tarebung cenderung dipaksakan dijual, sehingga pada saat tidak kebagian tempat, tiket ditarik kembali dan uang dikembalikan pada calon penumpang.
“Semestinya hal itu tidak perlu terjadi jika para petugas bekerja profesional. Tiket penumpang berkendara akan selalu disesuaikan dengan kapasitas tempat parkir yang ada di kapal,” katanya.
Lebih lanjut, Wartawan Kiss FM itu menduga persoalan itu muncul lantaran tingkat profesionalisme pelayanan pelabuhan sangat rendah. Apalagi, berbicara komitmen dan integritas.
“Semua itu tadi sudah saya tanyakan. Hanya saja yang sangat disayangkan justru orang yang saya tanyakan mencari kambing hitam. Mereka menuduh penumpang dari Kalianget yang tidak taat aturan dan tidak jujur,” tuturnya.
“Kalau memang benar itu terjadi, ini menjadi PR di UPT Pelabuhan Kalianget. Tapi kalau mereka berkata tidak berdasarkan fakta, maka itu disebut fitnah,” imbuhnya.
Selain itu, Rusdi mengungkapkan suatu hal yang terlihat tampak menganaktirikan pengendara sepeda motor pada saat antrie di pelabuhan tersebut. Dia melihat petugas pelabuhan terus berupaya memasukkan kendaraan roda empat. Sementara pengendara sepeda motor dibiarkan kepanasan.
“Alasannya klasik, biar nanti pengaturan parkirnya mudah. Namun kenyataannya itu alasan belaka. Kapasitas tempat seakan-akan dipersiapkan untuk kendaraan roda empat. Roda 2 bisa masuk asalkan nanti kebagian tempat,” terangnya.
Tidak cukup sampai di situ, Rusdi menyampaikan bahwa dalam kejadian tersebut tiba-tiba ada truk lewat dan masuk ke dalam kapal. Pada saat truk tersebut hendak masuk petugas terlihat serentak memprioritaskan truk tersebut.
Hal itu kembali menimbulkan pertanyaan besar bagi mantan Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jember itu.
“Sejak kapan truk masuk dalam kendaraan prioritas dalam transportasi publik,” tukasnya.
Sementara itu, saat diklarifikasi, Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Pulau Sapudi belum memberikan respons terkait hal tersebut.
Saat dihubungi via telepon selulernya, hanya berdering yang menandakan telepon tersebut sudah masuk namun tidak diangkat. (san/zar)