BOJONEGORO – Beritautama.co – Kuliner menjadi salah satu usaha yang banyak digeluti berbagai lapisan masyarakat. Kuliner juga bisa menjadi identitas sebuah daerah atau masyarakat tertentu. Inovasi dan kreativitas menjadi indikator keberlangsungannya.
Seperti yang dilakukan Afrinda Trisna Juliansah, pemuda asal Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Dia tak henti berinovasi dengan gethuk, kuliner khas berbahan dasar singkong. Kini, dia berhasil membuka lapangan kerja untuk lima orang warga sekitar.
Afrinda mengaku usaha kulinernya berjalan tanpa rencana. Baru 10 bulan berjalan sejak dirintis September 2021. Kehilangan pekerjaan saat pandemi Covid-19 berlangsung, menjadi awal kehidupannya sebagai wirausahawan muda. Di usia yang ke-23 tahun, Afrinda terus berpikir. Bagaimana kehidupannya kelak? Di mana dan apa yang harus dikerjakannya?
Tanpa sengaja, Afrinda melihat sekitar halaman rumah yang banyak ditanami singkong oleh orangtuanya.
“Saya teringat waktu kerja pernah membeli gethuk tradisional yang dijual di pinggir jalan. Kebetulan ibu saya pandai membuat jajanan. Dengan bantuan orang tua mencoba membuat dengan bentuk dan model kekinian yang bisa dinikmati kalangan muda hingga tua,” ucap Afrinda Trisna Juliansah, Senin (06/06/2022).
Proses meracik resep pun berjalan. Tak henti mencoba, akhirnya Afrinda berhasil menemukan resep yang cocok dan diberi nama Gethuk Ndeso. Menurutnya, cita rasa khas dari Gethuk Ndeso buatannya bersama orang tua menjadikan kuliner desa berbalut modern ini laris manis. Proses produksi juga tanpa menggunakan bahan pengawet sama sekali.
Terbukti, Afrinda bisa meraup omzet kurang lebih Rp15 juta per bulan. Menjual frozen juga goreng siap makan. Harga frozen per porsi antara Rp10 ribu hingga Rp13 ribu. Sementara untuk goreng siap makan antara Rp12 ribu hingga Rp15 ribu. Gethuk Ndeso juga menyediakan berbagai varian rasa. Di antaranya, gethuk goreng krispi, original, isi gula merah, stroberi, keju, cokelat, dan nanas. Penjualan pun merambah digital melalui Instagram @gethuk_ndeso.
“Pembeli dari tetangga desa. Juga dari Surabaya, Sidoarjo, Malang, Solo, Cikarang, Tangerang. Harapannya semoga lebih berkembang lagi, bisa mempertahankan cita rasa dan bisa menambah omzet,” pungkas Afrinda Trisna Juliansah. (han/zar)