GRESIK- beritautama.co – Tradisi luhur yang ditinggalkan muassis seolah terkikis di bumi nusantara. Padahal, tradisi tersebut sangat dahsyat. Khususnya bagi nahdliyyin dan bangsa Indonesia. Untuk itu, tradisi tersebut harus dihidupkan kembali agar diskursus intelektual berjalan. Hal tersebut dikatakan Rois Syuriah PBNU Prof Muhammad Nuh ketika memberikan materi dalam sarasehan pada pelantikan Lembaga dan Musyawarah Kerja 1 PC NU Gresik Masa Khidmat 2021-2026, Minggu (13/03/2022).
“Di Leiden Negara Belanda, tersimpan tulisan tangan Mbah Hasyim pada tahun 1913 masehi. Saat itu, usianya masih 38 tahun. Tulisannya tentang kerisauannya pada Sarekat Islam. Tulisan itu dikirimkan ke gurunya di Masjidil Haram, Mekkah. Yang menarik, tradisi kalau zaman dulu ketika beda pendapat dilawan dengan pendapat. Jadi, diskursus intelektual berjalan. Sekarang kalau beda pendapat dilaporkan ke penegak hukum,”ujarnya dengan nada prihatin.
Ditambhkan mantan Ketua Pengarah atau steering commite (SC) Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) ini, tradisi beda pendapat harus dibangun. Karena, hal tersebut tradisi baik. Namun, perbedaan pendapat tersebut tidak boleh menjadikan perpecahan.
“Pemikiran muasuis itu dahsyat. Makanya kita harus menghidupkan kembali tradisi itu,”tandas dia.
Dipaparkan juga pada tahun 1937, tak lama setelah organisasi NU berdiri, sudah ada tabloid yanag dikembangkan NU. Fatwanya, NU cabang Jombang berusaha mendirikan klinik kesehatan.
“Disini ada ceritanya juga. Ketika zaman Kanjeng Nabi Muhammad SWA ketika ada sahabat yang terluka, maka Siti Aisyah yang merawat. Makanya ada gap pemikiran para sesepuh dan kita saat ini. Kita harus kembangkan untuk NU ke depan. Tapi, tidak serta merta seperti dulu. sekarang sudah revolosi 4.0. Sekarang interaksi tak harus secara langsung bisa pakai virtual. Nilai-nilainya pakai yang dulu, tetapi cara-caranya pakai zanam sekarang,”jlentrehnya.
Muhammad Nuh juga menginggatkan agar sesama nhadliyyin maupun pengurus NU tidak boleh bertengkar. Sebab, ada 3 kerugian ketika bertengkar. Yakni, kehilangan energi, kehilangan kesempatan dan kehilangan keberkahan.
“Oleh karena itu, hindari betul, Jangan tengkar. Dan fokus,”pesannya.
Untuk menterjemahkan hasil Muktamar NU ke-34 dan program yang dicanangkan PBNU, Muhammad Nuh meminta pengurus NU tidak terbawa isu-isu yang menghabis energi. Dia menjelaskan temanya satu abad NU: Kemandirian dalam berkhidmat untuk perdaban dunia. Sehingga setiap pengurus cabang dan PWNU menyiapkan living monumen atau monumen hidup.
“Seratus tahun itu, ibarat reuni akbar. Ibarat kita anak, kalau ada orang tua yang pergi jauh dan mau datang, kita hormat. Orang tua akan sedih kalau bertengkar. Tapi, kaalu warisannya tambah banyak dan anak-anaanya rukun akan senang. Makanya kita buat prestasi yang dashsyat. Jangan membuat muasis sedih. Makanya kita ingin setiap kabupaten ada rumah sakit, pendidikan unggulan. Ini kan top,”ucapnya.
Tak terbayangkan, lanjut Muhammad Nuh, kalau NU tidak punya lembaga pendidikan atau sekolah. Maka anak-anak NU akan ‘ngekos’. Dan lama-lama dikawinkan dengan anak ibu kos. Otomatis, berubah kartu keluarganya (KK).
“ Oleh karena itu, sentra ekonomi dan rumah sakit harus ada. . Dan. Insyaallah bisa. NU itu membuat yang tak mungkin menjadi mungkin. Ini tugas panjenengan (pengurus NU) yang tidak mungkin menjadi mungkin,”imbuh dia.
Tema kemandirian dalam Muktamar NU ke-34, lanjut dia, NU hendak bertransformasi dari aset yang tak benda menjadi bendawi dan menjadi the power riil. Dicontohkan, di Jakarta ada jalan Hasyim Asyari. Ada deretan rumah, ada pertokoan, ada lembaga pendidikan, ada rumah sakit maupun masjid.
“Tapi semua bukan milik kita. Itu kita hanya dapat nama. Gae opo. Gae seneng-senengan. Tak mengapa kita baru mendapat nama jalan, tapi kita berharap mendapat semua. Itu saja tidak cukup karena harus riil aset. Ibarat kita punya danau yang isinya jutaan meter kubik, orang seneng karena dapat oksigen. Tapi ini belum riil aset. Tapi kalau danau kita jebol untuk mengerakkan turbin dan mengeluarkan listrik. Ini namanya the riil power,”jlentrehnya.
Kalau tema hanya mandiri, lanjut Muhammad Nuh, juga belum selesai. Dependen atau selalu tergantung. Sehingga kalau organisasi akan mudah dibeli dan akan ikut jurangan.
“Kita harus berubah, dari dependen menjadi independen. Kalau semua kita bisa memenuhi, maka akan ditakuti. Setekah itu, orang tergantung ke kita atau Interdependen. Sehingga, kita disungkani. Ini dasar kita kenapa memaknai 100 tahun NU,”tandas dia.
NU harus menjadi pembaharu, tidak orang perorang tetapi kolektif melalui sistem. Oleh karena itu, NU harus diperbesar. Bukan perorangan melainkan sistem yang berjalan.
“Jangan sandarkan sistem pada orang perorang, maka bubar. Maka sistem yang harus berjalan. Makanya, tak usah ngomongin 3 periode atau perpanjangan masa jabatan presiden,”sindir dia.
Ditambahkan Muhammad Nuh, tak mungkin a semua berkhidmad masuk ke pengurus semuanya. Tetapi, khidmat atau pengabdian bisa di unit-unit usaha milik NU.
“Kalau kita bisa menyiapkan lapangan pekerjaan, sehingga orang kita bekerja diistu, dapat makan. Kita memberi sedekah,”ulasnya.
Untuk PCNU Gresik, PBNU memiliku rencana mendirikan rumah sakit (RS) NU ada di wilayah Kecamatan Cerme. Kendati ada keingian semua berubah, tetapi masih ada kendala yang tetap merintangi.
“Ada 9 faktor yang bisa kita kembangkan. Ini musuh kita bersama, Bahkan, saya menitipkan ke Gubernur untik memprioritaskan. Yakni, ketidaktahuan, kemiskinan dan keterbelakangan, tukasnya.
Hidup itu, sambung dia, seperti kurva S, begitu juga organisasi. Untuk itu, harus hati-hati karena masih ada pilihan.
“Saat ini menjadi waktu yang pas untuk investasi besaar-besaran di NU. Kita punya anak muda yang besar. Makanya pendidikan dan kesehatan menjadi motor. Buktinya, taipan masuk bisnis tertentu maka benar. Makanya sekarang bisnisnya di rumah sakit,”terangnya.
Muhammad Nuh juga mengatakan, pendidikan Ahlussunnah Waljamaah tidak boleh sekedar diajarkan tetapi dipahamkan ke anak-anak.
“Makanya Aswaja Center kita harus putuskan untuk membangun Aswaja Center,”tandas dia.
Hal senada dikatakan Prof Kacung Marijan. Menurutnya, sangat memungkinan mendirikan perguruan tinggi NU di Gresik.
“Yang paling penting tidak mematikan perguruan tinggi NU yang ada di Gresik,”pungkas dia.