GRESIK, Berita Utama– Pemuda harus mempersiapkan diri baik secara internal maupun eksternal. Sebab, kondisi yang terjadi saat ini pascareformasi, pragmatisme tinggi ditengah-tengah masyarakat dengan stigma pemilihan dalam pesta demokrasi itu identik dengan sodaqoh politik. Hal tersebut dikatakan Ketua DPD Partai Golkar Gresik Ahmad Nurhamim dalam dialog Interaktif dengan mengusung tema “Bersama Pemuda Memajukan Indonesia” yang digelar DPD KNPI Gresik, Jumat malam (24/11/2023).
“Secara eksternal, pemuda harus punya trik. Triknya apa? Artinya secara eksternal untuk menutup bahwa hari ini yang namanya pemilihan itu an sich dengan pragmatisme. Tapi untuk menggerakkan modal-modal eksternal, modal-modal sosial,”ujar dia.
Sedangkan mempersiapkan diri secara internal yakni berproses di organisasi kepemudaan masing-masing.
“Itu sudah baik, tinggal kemudian ruang yang sudah dibuka ini (organisasi sayap parpol kepemudaan-red) kira-kira bagaimana?,” ujarnya.
Menurut Ketua DPD Golkar Gresik, masing-masing komponen masyarakat memiliki peran, ide, dan gagasan dalam menangani masalah tersebut. Yang arahnya guna mewarnai penentuan arah, tujuan, hingga haluan kebijakan daerah.
“Nah, ini urgensinya politik. Kalau pemuda menganggap bahwa, politik ini kotor. Itu dalah satu stigma yang dibuat kelompok tertentu, agar pemuda menjauh dari politik,” tandasnya.
Sedangkan Ketua DPC PKB Gresik Much. Abdul Qodir menyampaikan, belum adanya kesempatan bagi pemuda untuk menjadi kontestan politik, tidak berarti bahwa mereka tidak memiliki peluang. Dalam pemilu mendatang, ketua DPRD Gresik tersebut berharap pemilih pemuda dapat berperan aktif dalam menjaga kemurnian demokrasi.
Sementara itu, Ketua DPD KNPI Gresik Muhammad Dahlan mengatakan, pemuda adalah orang bertumbuh kembang secara fisik. Secara psikis sedang tumbuh berkembang, soal ide gagasan, yang biasanya cukup orisinil lahir dari pemuda. Maka, pikiran yang belum terkontaminasi oleh ruang gelapnya politik.
“Maka keterlibatan pemuda harus dimassifkan. Agar kejernihan berpesta demokrasi semakin berwarna dengan konsep yang jernih, yang belum mewarnai pikiran pemuda. Kami ingin membahas bagaimana peran pemuda dalam membangun negara, terutama dengan fakta bahwa 52 persen dari populasi milenial dan Gen Z. Bagaimana generasi muda tidak hanya menjadi objek belaka, tetapi terlibat aktif dalam proses politik,” kata dia.
Diakuinya, kursi DPRD Gresik juga dihuni oleh tokoh-tokoh muda, akan tetapi stigma negatif tentang politik terus mencuat di publik, terutama bagi generasi muda saat ini. Hal ini menjadi satu faktor keengganan pemuda untuk terjun di dunia politik yang dianggap kotor.
“Kami berharap ada rekomendasi bagaimana kita bisa menuju pemilu yang damai dan demokratis. Kita ingin memberikan kontribusi positif dalam membangun politik yang lebih baik untuk masa depan Indonesia,” pungkas dia.
Komentar telah ditutup.