INOVASI dan kreatifitas serta kolaborasi bisa menciptakan destinasi pariwisata di Gresik. Imbasnya, mampu menghidupkan ekonomi warga nelayan. Salah satunya, inovasi nelayan di Bale Keling di Kelurahan Kroman Kecamatan Gresik. Dermaga kayu yang semula hanya diperuntukkan kegiatan bersandar perahu, kini telah memberi dampak ekonomi tambahan bagi warga. Kontributor beritautama.co, Faiz Abdalla menuliskan destinasi yang menjadi spot menarik untuk ngabuburit itu.
Ketua Rukun Nelayan (RN) Kelurahan Kroman, Samsul buru-buru menyambut ketika saya yang baru memarkir motor dan langsung dihampiri.
“Sehat, mas?,” sapanya sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Langsung saja, dia mengajak ke sebuah balai nelayan. Balai inilah yang disebut Bale Keling. Tempat berkumpulnya para nelayan Kelurahan Kroman.
Setelah mengobrol singkat, Samsul langsung mengajak ke lokasi obyek daya tarik wisata (ODTW) Bale Keling, sebuah area ujung geladak perahu yang beberapa waktu lalu telah viral dan disasar banyak pengunjung. Sebuah geladak perahu dari kayu sepanjang 268 meter. “Mulanya pengunjung hanya dikenakan parkir, mas. Kini sudah ditarik tiket,” jelas dia sembari menunjuk sebuah loket tiket yang masih dibangun dari triplek.
Ditunjukkan sederet penjual di sebelah loket tiket. Katanya, warga Kroman telah merasakan dampak ekonomi sejak Bale Keling viral. Sehingga, banyak warga lokal yang berjualan jajanan khas pesisiran.
Saat menapaki geladak. Samsul menjelaskan, kalau di RN Kroman terdapat 105 perahu warga. Perahu-perahu itu berjejer di sepanjang geladak. Dari total itu, ternyata hanya sebagian kecil yang masih difungsikan untuk nelayan mencari ikan.
“Tinggal belasan perahu, mas. Sebagian besar digunakan untuk jasa tambang dan supplier makanan. Istilahnya taksi air,”jlentrehnya sambil menunjuk salah satu dermaga milik BUMN di dekat situ.
Samsul menceritakan, ide awal berasal dari dirinya karena melihat potensi wisata yang dimiliki. Kemudian, rukun nelayan dan karang taruna setempat mengcat sepanjang geladak perahu ini. Ketika pagi hari, banyak warga yang datang untuk melihat sunrise. Pun sore hari,dipenuhi warga untuk menyaksikan sunset.
Lokasi geladak yang jauh menjorok ke tengah. Ditambah pemandangan banyak kapal bersandar. Kian menjadikannya menarik untuk dikunjungi. Di tengah geladak, ada sebuah tangga turun ke perahu. Sebelahnya, dibangun sebuah re-rumahan. Dari titik inilah geladak itu dicat sampai ke ujung. Di ujung geladak, berdiri sebuah assembly point. Spot inilah yang paling banyak diminati. Terlebih, ada sebuah kapal pinisi setengah tenggelam.
Di titik tangga turun ke perahu itu, bersandar perahu-perahu yang bersiap membawa penumpang keliling sekitar pesisir kota Gresik.
“Penumpang cukup membayar Rp 10 ribu,” imbuh dia.
Sejatinya, sambung Samsul, sejak tahun 2017 silam, dirinya dengan rukun nelayan setempat sudah melakukan pengecatan. Tapi tidak seviral yang terakhir ini. Begitu juga berwisata perahu, sebenarnya sejak tahun 2016, nelayan-nelayan Kroman sudah inisiatif. Tujuannya bahkan sampai ke Madura dan Mengare.
Setelah Bale Keling viral, tak kurang 20 perahu yang mengantri memberi jasa wisata perahu ke para pengunjung. Hal itu tentu semakin menambah pendapatan warga nelayan Kroman. Di samping jasa ‘taksi air’ yang sudah lama digeluti.
Samsul bersyukur karena upayanya menghidupkan ekonomi warga nelayan semakin membuahkan hasil. Pasalnya, dermaga kayu yang semula hanya diperuntukkan kegiatan bersandar perahu, kini telah memberi dampak ekonomi tambahan bagi warga.
Hari semakin senja, Jum’at (15/04/2022), setelah berkeliling dengan perahu, kami balik ke pinggir. Di perjalanan, Samsuk menghampiri loket tiket dan menanyakan hasil penjualan tiket. Ternyata, laku
332 lembar tiket.
Untuk sesuatu rintisan, terbilang lumayan. Total 332 lembar tiket dikalikan @ 2 ribu pertiket, hasilnya Rp 664 ribu. Itu belum pemasukan dari parkir. Kalau weekend, kata dia, tiket bisa mencapai 500 lembar.