GRESIK, Berita Utama- Kinerjakeuangan PT Petrokimia Gresik (PG) masih momcer. Hingga Agustus 2022, net income mencapai lebih dari Rp 2 triliun, atau sekitar 146 % dibandingkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2022 yang besarnya mencapai Rp1,13 triliun. Pendapatan hingga catur wulan II 2022 ini, juga jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan net income di tahun 2021, yaitu sebesar Rp 1,5 triliun.
Karena mengantar kinerja keuangan PG yang moncer, Direktur Keuangan dan Umum PG, Budi Wahju Soesilo dinobatkan sebagai “Indonesia Best CFO (Chief Financial Officer) 2022” dengan predikat penilaian “Very Good” beberapa waktu lalu.
Soesilo menyampaikan bahwa, sejak pandemi Covid-19 hingga saat ini, sector keuangan industry secara global menghadapi tantangan dahsyat. Mulai dari naiknya biaya-biaya yang disebabkan tingginya inflansi, suku bunga, hingga krisis global. Begitu juga tuntutan investasi di bidang teknologi juga semakin besar untuk meningkatkan efisiensi operasional perusahaan.
“Alhamdulillah, Petrokimia Gresik mampu beradaptasi menghadapi tantangan-tantangan yang ada selama pandemi Covid-19 maupun masa kebangkitan ekonomi pasca pandemi. Hal ini ditunjukkan dari kinerja keuangan perusahaan yang menunjukkan tren positif,” ujar Soesilo dalam siaran persnya, Jum’at (25/11/2022).
Kinerja keuangan tersebut diperoleh setelah perusahaan berhasil menghadapi gempuran tantangan, termasuk di bidang keuangan. Pertama adalah kenaikan harga bahan baku utama pupuk yang sebagian diperoleh melalui impor. Seperti belerang, phosphate rock, amoniak, asamfosfat, asamsulfat, diammonium phosphate (DAP), dan KCL.
Konflik peperangan di kawasan Eropa yang hingga saat ini terjadi juga memberikan dampak terhadap harga bahan baku pupuk tersebut.
“Di sisi lain,bahan baku yang diperoleh dari impor menyebabkan cash outflow Petrokimia Gresik dalam bentuk Dollar Amerika Serikat. Padahal, cash inflow kami dalam bentuk Rupiah. Volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat juga menjadi tantangan tersendiri bagi Petrokimia Gresik,” tandasnya.
PG telah mengantisipasi peningkatan kebutuhan modal kerja akibat kenaikan nilai rupiah dengan menjamin ketersediaan sumber pendanaan yang beragam. Selain itu, PG juga melakukan efisiensi malalui Cost Reduction Program (CRP) pada semua lini operasional, khususnya pada biaya produksi dan ongkos distribusi agar harga produk lebih kompetitif. Adapun hasil dari program CRP yang dilakukan PG hingga Oktober 2022 telah mencapai Rp 194,7 miliar.
“Pesaing kedepan tidak hanya produk dari dalam negeri, tapi juga pupuk impor yang harganya jauh lebih murah. Kompetitor kami yang berasal dariluar negeri adalah mereka yang memiliki bahan baku, bias jadi ongkos produksi mereka juga lebih murah,” tandasnya.
Sementara dalam implementasi ESG (Environment, Social and Governance) di bidang keuangan, PG juga memiliki program Distributor Financing. PG bekerjasama dengan perbankan untuk memberikan pendanaan kepada distributor sehingga penebusan pupuk nonsubsidi bias dijalankan dengan mudah.
“Produk-produk inovatif Petrokimia Gresik apabila tidak didukung oleh jaringan distribusi yang baik, maka akan mustahil memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan,” ujar dia.
Soesilo. mengungkapkan strategi-strategi keuangan yang dijalankan PG sejatinya tidak hanya memberikan dampak positif bagi perusahaan semata, tapi juga memiliki rantai manfaat bagi kesejahteraan petani, kemajuan serta keberlanjutan pertanian Indonesia maupun ketahanan pangan nasional.
” Prestasi ini berhasil dicapai berkat dukungan tim dan sistem yang baiksehingga Petrokimia Gresik mampu menjalankan bisnis ini dengan baik dan lancar,” tutupnya.