GRESIK, Berita Utama- Koperasi menjadi soko guru perekonomian yang berlandaskan nilai pancasila serta asas kekeluargaan yang tertuang dalam pasal 33, 34, dan 37 UUD tahun 1945. Keberadaanya masih dibutuhkan masyarakat dan tetap eksis, meski perhatian dari pemerintah tidak terlalu baik.
Menurut Anggota Komisi II DPRD Gresik, Muhammad Kurdi, ada sekitar ada sekitar 1.584 koperasi dengan berbagai macam pengelolanya di Gresik. Namun, separuhnya saja yang aktif. Juga ada koperasi ponsok pesantren (Kopontren) yang jumlahnya sekitar tak jauh dari 94 kopontren yang hampir sama dengan lembaga pondok esantren di Gresik dengan 23.551 santri.
“Alokasi anggaran yang khusus untuk koperasi dalam APBD Gresik tahun 2025 hanya sebesar Rp 76,7 juta. Kopontren harus berbagai dengan total sekitar 1.584 koperasi di Gresik. Jadi, sangat minim sekali,”ujar dia, Minggu (22/12/2024).
Dijelaskan politisi Partai Gerindra ini, APBD Gresik tahun 2025 digedok sebesar Rp 3,8 triliun. Sedangkan pagu anggaran untuk Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) sebesar Rp 67,2 miliar dengan alokasi untuk urusan pilihan perindustrian sebesar Rp 21,3 miliar dan alokasi untuk urusan Koperasi dan Usaha Mikro sebesar Rp 4,3 miliar.
“Yang khusus untuk koperasi hanya sebesar Rp 76,7 juta. Padahal, volume usaha koperasi di Gresik dapat mencapai Rp 4,2 triliun melebihi dari kekuatan APBD Gresik,”tukas dia.
Khusus kopontren, sambung Muhammad Kurdi yang juga mengajar di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Muniroh Kecamatan Ujungpangkah ini, keberadaanya bisa jadi dipandang tidak seksi dengan semakin maraknya kegiatan industrialisasi di Gresik yang tercatat sekitar 1.811 industri.
Tantangan lain yang dihadapi Kopontren, sambung dia, minimnya support alokasi anggaran dari pemerintah. Ditambah lagi,minat ke Pesantren semakin menurun, otomatis berdampak pada keberlangsungan Kopontren.
Disisi lain, lanjut Kurdi, ada peluang besar di tengah pergeseran Gresik sebagai kota santri bergerak ke industri. Apalagi, tercatat ada 261.881 pekerja di Gresik yang berkutat di sektor industri.
“Industrialisasi harusnya justru mempercepat proses alih teknologi bisnis Kopontren. Juga memungkinkan perjumpaan yang multikultural. Sehingga captive market Kopontren harusnya semakin luas. Yang jelas, Identitas Gresik sebagai kota santri adalah jati diri. Harusnya semakin kokoh dilindungi,”tegasnya.
Pihaknya juga sudah mengkomunikasikan dengan Diskoperindag Gresik yang mengaku ada pembinaan kelembagaan kopontren, maupun SDM pengurus juga usaha kopontren melalui one pesantren one product.
Hal ini selaras dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur memiki salah satu program unggulan, yaitu One Pesantren One Product (OPOP) yang merupakan sebuah program peningkatan kesejahteraan masyarakat berbasis Pondok Pesantren melalui pemberdayaan santri, pesantren, dan alumni pondok pesantren. Program OPOP bertujuan untuk menciptakan kemandirian umat melalui para santri, masyarakat dan Pondok Pesantren itu sendiri, agar mampu mandiri secara ekonomi, sosial dan juga untuk memacu pengembangan skill, teknologi produksi, distribusi, pemasaran melalui sebuah pendekatan inovatif dan strategis. OPOP juga diadakan agar produk pesantren bisa berkompetisi dengan pengusaha-pengusaha lainnya.
Komentar telah ditutup.