GRESIK, Berita Utama – Tape singkong khas Desa Abar-abir Kecamatan Bungah bukanlah makanan yang asing bagi masyarakat Gresik khususnya wilayah pantura. Jajanan ini, kerap dijumpai di pasar-pasar tradisional dengan harga yang cukup ekonomis.
Untuk proses pembuatannya, umbi singkong dikukus atau direbus hingga matang. Kemudian dibalur dengan ragi yang telah digiling halus dan didiamkan selama beberapa jam dalam kemasan daun pisang. Setelah matang, tape menimbulkan rasa yang sangat khas karena dibuat dengan cara fermentasi yang melibatkan berbagai macam mikroorganisme.
Seiring perkembangan zaman, mengalami penurunan produksi. Karena, pembuat makanan tape singkong Desa Abar-abir perlahan gulung tikar. Sehingga, hampir punah dan kehilangan pamor seiring kemunculan makanan modern.
“Sekarang sudah sedikit warga Abar-abir yang membuat tape. Bisa dihitung jari, tidak seperti dulu,” kata Arifin (40), warga setempat kepada beritautama.co, Minggu (4/2/2023).
Padahal, lanjut dia, masih banyak masyarakat yang berdatangan untuk belajar teknik pembuatan tape singkong khas Desa Abar-abir. Termasuk rombongan dari Kabupaten Bondowoso dan daerah lainnya. Bahkan dari kalangan mahasiswa juga tertarik mempelajari pembuatan makanan nikmat yang sudah ada sejak zaman dulu dan jadi favorit banyak orang.
“Dulu, sering warga Bondowoso dan dari daerah-daerah lain study banding pembuatan tape kesini (Desa Abar-abir- red). Tapi sekarang sudah jarang yang buat, makanya gak sebegitu ada,” ucapnya.
Hal senada disampaikan Husnul Aulia (36), warga yang tinggal di Desa Abar-abir. Menurutnya, para pengrajin tape di desanya saat ini sudah jarang dijumpai. Kalaupun ada yang masih bertahan, itupun tidak dari hasil proses secara langsung mulai awal, tetapi beli dari luar desa.
“Sekarang sudah tidak ada yang buat tape, yang jual tinggal satuorang. Itupun kulak,” jelasnya.
Lia berharap pemerintah maupun pihak terkait memberikan perhatian terhadap tape Abar-abir yang melegenda sejak turun temurun selama puluhan tahun ini. Agar keberadaan makanan warisan budaya lokal tetap ada dan bisa dinikmati masyarakat.
“Semoga tetap ada, dan pemerintah bisa memberikan perhatian, mungkin bisa dengan pembinaan ataupun dibantu pemasaran yang lebih modern, agar tape Abar-abir tidak hanya ada, tapi juga semakin berkembang menjadi penopang ekonomi masyarakat,” pungkasnya.