GRESIK, Berita Utama – Busana muslim selalu ramai diburu masyarakat khususnya umat muslim sejak memasuki bulan ramadan. Kondisi itu dimanfaatkan oleh sejumlah orang untuk beralih profesi untuk berburu rezeki, termasuk menjadi pedagang sarung dadakan yang menawarkan harga murah hingga menjual sarung produksi brand-brand yang cukup terkenal.
Tak kalah dengan pengrajin maupun agen-agen besar, pembeli juga selalu membajiri pedagang sarung dadakan, khususnya pada pertengahan bulan hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri. Omzet mereka pun tak main-main, keuntungan bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Muhammad Najib (37), salah satu pedagang sarung dadakan mengaku telah menggeluti bisnis ini selama kurang lebih 13 tahun. Biasanya, pemuda asal Desa Pongangan, Kecamatan Manyar ini belanja ratusan sarung dengan berbagai merk terkenal.
“Sekitar 13 tahun, saya menggeluti bisnis ini. Biasanya saya menjual sarung bermerk merk cukup populer di tengah masyarakat, seperti BHS, Ketjubung, Atas, Wadimor, Lar Gurda, dan beberapa merk sarung sutra lainnya,” kata pria yang akrab disapa Gus Najib kepada beritautama, Kamis (23/03/2023).
Sarung-sarung yang dijual, lanjut dia, memiliki motif dan harga yang sangat beragam. Selain itu, pembeli juga tak perlu khawatir dengan kualitas, karena sarung-sarung dagangannya berasal dari produsen dan merk terkenal.
“Untuk motif sangat banyak dan beragam dan harga mulai puluhan ribu hingga jutaan perbiji, soal kualitas gak perlu khawatir,” tandas dia.
Gus Najib sebenarnya merupakan pengasuh pondok pesantren (Ponpes) sekaligus dosen di salah satu kampus swasta di Gresik. Namun setiap bulan ramadan, nyambi berdagang sarung untuk mencari rezeki sekaligus keberkahan.
Keuntungan bersih yang didapatkan Gus Najib dari penjualan sarung setiap bulan ramadan pun tak bisa dianggap remeh. Rata-rata sekitar Rp 10- 30 juta. Bahkan jika pada musim ramai, bisa mencapai Rp 50 juta.
“Sekali kulak (belanja,red) minimal Rp 20 sampai 30 juta. Jadi perputaran modal antara Rp 100 sampai 150 juta. Untuk keuntungan rata-rata sekitar Rp 10-30 juta, pernah mencapai Rp 50 juta juga, tergantung kondisi pasar,” beber dia.
Terpisah, Anggota DPRD Gresik M Syahrul Munir menyebut, bulan suci ramadan menjadi momentum geliat ekonomi khususnya pengusaha kecil maupun pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk terus tumbuh. Termasuk para pedagang busana muslim serta pedagang dadakan di bulan ramadan.
“Bulan ramadhan ini membawa keberkahan bagi seluruh umat manusia, tidak terkecuali juga menjadi momentum kebangkitan ekonomi yang terus berangsur membaik,” terangnya.
Politisi asal PKB itu mengaku kerap membeli busana muslim termasuk sarung ke pedagang dadakan yang muncul di setiap bulan ramadhan. Selain lebih mudah, harga barang yang mereka tawarkan pun terdapat selisih yang lebih ekonomis.
“Biasanya teman-teman sendiri yang jualan, dan harganya juga lebih murah, karena mereka mengambil langsung dari produsen, Kadang-kadang diantar ke rumah, jadi kan lebih praktis,” jelasnya.
Komentar telah ditutup.