GRESIK, Berita Utama- Permasalahan bantuan sosial (bansos) di Gresik masih belum merata bagi penerima. Buktinya, masih ribuan guru madrasah diniyah (madin) dan guru TPQ di Kabupaten Gresik yang belum menikmati bantuan dari Pemkab Gresik yang dialokasikan dari APBD Gresik.
Hal tersebut terungkap dalam rapat kerja Komisi IV DPRD Gresik dengan mengundang Kepala Dinas Sosial (Dinsos) dr Ummi Khoiroh, Sekretaris Dinas Pendidikan (Dispendik) Herawan Kusuma, Kabag Bagian Kesra Pemkab Gresik Jusuf Anshori dan Ketua Badan Amal Zakat Nasional (Baznas) Gresik M Mujib dengan agenda sinkronisasi penerima bantuan sosial.
“Data di Dispendik, jumlah guru madin dan guru TPQ sebanyak 14.000 guru. Guru madin yang mendapat bantuan dari Dispendik 3.101 guru dari total 4 000 guru. Sisanya bantuan yang dicover di Dinsos sebanyak 7 ribu guru. Yang dicover Baznas hanya 900 guru. Sisanya yang 3000-an guru madin dan TPQ belum menerima bantuan,. Data secara keseluruhan itu belum di verifikasi dan validasi. Baik guru TPQ maupun guru madin. Karena, ada TPQ maupun madin yang tak ada muridnya. Juga ada standartnya untuk seorang guru mengajar berapa murid”ujar Ketua Komisi IV, DPRD Gresik Muchammad Zaifuddin, Selasa (12/11/2024).
Komisi IV, sambung dia, meminta permasalahan tersebut diklirkan. Bahkan, nantinya dibantu Baznas Gresik untuk menyempurnakan data.
“Jangan sampai ada yang dapat bantuan dan ada yang tidak. Nanti kita yang disalahkan,”tutur dia.
Begitu juga permasalahan bantan untuk marbot. Data di Dinsos Gresik, jumlah marbot diatas 2.000 orang. Tetapi mereka yang menerima bantuan sosial (bansos) sebanyak 1.490 orang dari APBD Gresik.
“Karena Dinsos berbasis kuota dan anggaran. Tetapi, Dinsos juga minta ke Baznas Gresik untuk mengcover sebanyak 500 marbot. Ada 136 marbot yang belum menerima bansos. Karena, Dinsos dalam memberikan bantuan berdasarkan by name by adress dengan acuan NIK (nomor induk kependudukan-red). Karena 136 marbot tak ada NIK di data Dispendukcapil Gresik, maka tersingkir dari daftar penerima bansos,”papar dia.
Yang juga masih menjadi problem yakni bansos untuk janda miskim di Kabupaten Gresik yang jumlahnya ada 26 ribu. Namun. Sambung Zaifuddin, anggaran di Dinsos Gresik dari tahun pertahun menurun. Di tahun 2022, dialokasikan anggaran yang mampu memberikan bantuan untuk 25.000 orang jandi miskin.
“Tapi alokasinya terus turum hingga di rencana tahun 2025 nanti hanya cukup untuk bantuan 17 ribu janda miskin. Dan semua janda miskin itu sudah terverifikasi dan validasi serta masuk dalam data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS). Ini yang belum diatensi,”imbuh dia.
Sedangkan Baznas Gresik ketika ditanya Komisi IV, lanjut dia, hanya mengaku memberikan bantuan kepada janda. Tidak spesifik menyebut janda miskin.
“Kalau anak yatim piatu, kita dapat speling dari Kementerian Sosial. Kalau APBD Gresik hanya 20.000 anak,”tandas dia.
Baznas Gresik kepada Komisi IV mengak menargetkan bisa mengumplkan sebesar Rp 27 milyar di tahun 2025 dan ditarget sebesar Rp 25 milyar di tahun 2024 dari Baznas RI. Dan Baznas Gresik tidak mengetahui alasan Baznas RI menarget sebesar itu.
Sebenarnya Baznas Gresik mengajukan target Rp 22 milyar di 2024 ini dan disetujui oleh Baznas Propinsi tetapi ditolak Baznas pusat. Yang murni dikelola oleh Baznas Gresik hanya Rp 5 miliar dari total zakat yang dihimpun dan penggunannya sesuai kebijakan Baznas Gresik,”urai dia.
Baznas Gresik mengaku ke Komisi IV, menghimpun dari unit pengumpul zakat (UPZ). Tapi, UPZ juga mengajukan form permintaan penggunaan dan penyaluran zakat yang dikumpulkan. Hal ini ada perjanjian tak tertulis yang berlaku. Sehingga, zakat infaq dan sodaqoh (ZIS)yang dikelola murni oleh Baznas Gresik hanya sebesar Rp 5 milyar.
“Perumpamaannya sama dengan BPJS. Sama kan dengan UPZ, kalau ada pengajuan maka uang kembali. Misal masjid Nurul Hidayah, terkumpul Rp 100 juta tetapi pengajuan Rp 200 juta. Dilihat urgensinya. Kalau tidak urgen, Baznas Gresik mendekatkan antara yang dikumpulkan dengan pengajuannya.,”urai dia.
Ditegaskan, Komisi IV DPRD Gresik menggelar rapat kerja dengan mengundang Baznas Gresik untuk sinkronisasi program.
“Kami tidak mau ada program kegiatan yang dobel anggaran serta percepatan penyelesaian perbup terkait perda tentang infaq zakat sodaqoh,”tegas dia.
Dengan berbagai permasalahan yang masih muncul, menurut Wakil Ketua Komisi IV DPRD Gresik Priyo Utomo, maka ada rekomendasi kepada organisasi perangkat daerah (OPD) terkait dan Baznas Gresik. “Agar kekurangan bansos, dimasukkan dalam anggaran Dinsos,”pungkas dia.
Komentar telah ditutup.