GRESIK, Berita Utama – Penurunan pendapatan terus dialami para driver ojek online (Ojol) akibat take rate atau potongan komisi yang terus naik dan terbilang cukup besar dari perusahaan aplikasi ride hailing seperti Gojek dan Grab. Kondisi itu juga dialami para driver ojol perempuan yang beroperasi di Kabupaten Gresik.
Kenaikan potongan komisi dari pengemudi ojol, disebut sebagai salah satu strategi penting perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas atau keuntungan. Namun langkah tersebut justru semakin membuat pendapatan para driver ojol merosot hingga mencapai 50 persen. Belum lagi semakin meningkatnya persaingan akibat populasi driver ojol yang terus meningkat.
Pembina Ojol Perempuan Kabupaten Gresik Rofie Narulita mengatakan, kebijakan menaikkan tarif ojol pada akhir tahun 2022, hingga kini belum bisa dirasakan keuntungannya oleh para mitra driver. Apalagi jika prosentase pemotongan komisi dari upah driver ojol kembali dinaikkan, para driver bakal empot-empotan kejar target namun tak dapat upah lebih.
“Kebijakan yang sekarang pun masih kerasa berat, saat ini saja sudah banyak polemik. Lalu bagaimana jika kebijakan ini (kenaikan potongan komisi, red) benar-benar diekskusi, mau di kemanakan ratusan ribu ojol perempuan ini,” kata Rofie kepada beritautama.co, Selasa (25/4/2023).
Selain pendapatan yang terus mengalami penurunan, lanjut dia, para driver ojol perempuan juga terpaksa harus menambah jam kerja untuk memperoleh pendapatan lebih karena semakin ketatnya persaingan. Langkah ini mereka ambil karena menjadi driver ojol merupakan satu-satunya profesi untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.
“Vendor tetap terima penerimaan ojol terus. Sehingga membuat sesaat ojol pun berasa banyak saingan dan pendapatan gak sebanyak dahulu. Sementara mereka memilih ojol sebagai lahan pekerjaan karena tak ada pilihan bagi mereka yang tak miliki skill dan modal untuk berwirausaha,” tandas dia.
Rofie berharap penerapan kebijakan perusahaan aplikasi ride hailing seperti Gojek dan Grab tidak hanya melihat perspektif keuntungan belaka. Tetapi juga mempertimbangkan asas kemanusiaan, apalagi tidak sedikit kaum perempuan berprofesi sebagai driver ojol yang setiap hari mengaspal melayani para customer atau pelanggan.
“Saya berharap ekosistem ojol bukan semata dilihat dari perspektif profit semata, tetapi juga ada cirlce kehidupan di dalamnya. Ada seorang ibu sebagai pencari nafkah, sebagai jantung keluarga. Seorang perempuan ketika memutuskan bekerja di atas jalanan, tentu tantangannya berbeda dengan laki-laki dan lebih conpplicated. Ini tugas bersama dunia usaha dalam mengambil keputusan yang cenderung lebih menghormati hak-hak mereka sebagai seorang perempuan dan pencari nafkah,” pungkasnya.
Komentar telah ditutup.