GRESIK, Berita Utama–Keberadaan bank thitil yang bergentayangan masih menghantui masyarakat Kabupaten Gresik. Sebab, banyak pelaku Usaha Mikro Kecil Masyarakat (UMKM), utamanya pedagang kecil yang tercekik dengan praktek rentenir akibat bunga pinjaman yang diterapkan sangat tinggi.
Modus dan iming-iming yang mereka terapkan pun beragam. Mulai menawarkan kemudahan dalam mendapatkan pinjaman hingga sanggup memberikan pinjaman sesuai kebutuhan kreditur. Sehingga tidak sedikit warga khususnya ibu-ibu yang kepincut menjadi kreditur, meski dengan bunga pinjaman selangit.
Realita tersebut, membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik terus memasifkan pembentukan dan pembenahan managemen pengelola koperasi khususnya koperasi wanita (Kopwan) yang ada di desa-desa. Tujuan utamanya, memberantas peredaran jerat rentenir di tengah masyarakat.
Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Gresik Malahatul Fardah melalui Tenaga Pendamping Koperasi Diskoperindag Gresik Roudlotul Hikmah mengatakan, peredaran rentenir sangat merugikan masyarakat. Sebab tidak sedikit yang pada akhirnya terjerat bunga tinggi hingga tak mampu membayar.
“Maka bank titil ini harus diberantas peredarannya di tengah masyarakat. Salah satunya dengan menghidupkan Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KPPS) di desa-desa, jadi masyarakat tidak ketergantungan dengan bank titil yang memiliki bunga tinggi,” ujarnya saat menghadiri Rapat Anggota Tahunan (RAT) KPPS Muslimat Sukorejo, Desa Sukorejo, Kecamatan Bungah, Kamis (2/2/2023).
Pada kesempatan itu, Anggota Komisi II DPRD Gresik Syahrul Munir memaparkan bahwa UMKM dan ekonomi kreatif memiliki peran penting dalam menopang laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia khususnya di Gresik. Untuk itu, peredaran bank titil harus diberantas, sebab dinilai sangat meresahkan dan bisa menghambat pengembangan UMKM dan ekonomi kreatif di desa-desa.
“Maka keberadaan Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah yang dikelola ibu-ibu di desa memiliki peran penting dalam memberantas peredaran bank titil,” terang dia.
Disamping memasifkan pembentukan dan pembenahan managemen pengelola koperasi di desa-desa, politisi asal Fraksi PKB DPRD Gresik itu menekankan, pentingnya pemahaman dan wawasan literasi keuangan agar masyarakat tidak mudah tergiur meminjam uang di bank titil yang berimbas terhadap bunga yang membengkak di kemudian hari. “Sebenarnya bukan hanya iming-iming lho. Tapi masyarakat itu terkadang tidak mengukur kapasitas kemampuannya sebelum dia pinjam uang. Maka, survey yang dilakukan koperasi atau perbankan itu ya semata-mata mengukur kemampuan masyarakat dalam mengambil besaran pinjaman. Karena banyak yang pinjam terlalu besar sedangkan kemampuan bayarnya rendah, ini yang jadi pemicu gali lobang tutup lobang dan menjamurnya bank titil. Maka literasi keuangan menjadi penting, akses yang legal formal lebih aman daripada yang di bawah tangan,” pungkas dia.
Komentar telah ditutup.