GRESIK, Berita Utama- Setelah selama 12 tahun tidak ada kenaikan tarif untuk retribusi pelayanan persampahan atau kebersihan, Bupati Gresik telah menerbitkan peraturan bupati (Perbup) 54 tahun 2023 tentang penyesuaian sebagian tarif restribusi pelayanan persampahan atau kebersihan.Namun, ada yang mengklaim dari pedagang pasar yang protes dengan mengadu ke DPRD Gresik.
“Sudah ditindaklanjuti oleh Komisi II DPRD Gresik dengan mengundang rapat dengan berbagai pihak terkait,”ungkap Anggota Komisi II DPRD Gresik, M Syahrul Munir, Selasa (26/12/2023).
Dalam hearing tersebut, sambung dia, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gresik Sri Subaidah menjelaskan, bahwa, pihaknya hanya mengambil retribusi bagi perusahaan atau industri yang masuk membuang sanmpah ke tempat pembangan akhir (TPA). Karena tarif yang berlaku akhir tahun 2012. Dan dasar hukum yang digunakan peraturan daerah (Perda) tahun 2011. Tarif per truk sebesar 10 ribu dan Pik ap sebesar Rp 6.000,-. Sehingga, sudah 12 tahun tak ada penyesuaian tarif.
Pada tahun 2021 ada peraturan daerah (perda) tentang retribusi jasa umm. Dan DLHGresik harus menyesuaikan aturan yang ada tahun 2021. Yang menjadi sasaran DLH Gresik yakni industri dan usaha besar dengan volume sampah yang besar. Sedangkan sampah pedagang kecil masuk ke TPS di pasar.
Tarif retribusi sampah juga diatur dalam perda tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Dan hal tersebut hars dilaksanakan agar tak kena sanksi. DLH Gresik mengaku masih melayani 68 persen persampahan di Kabupaten Gresik.
Untuk mengurusi masalah persampahan, DLH Gresik dianggarkan sebesar Rp 14 miliardari APBD Gresik. Sedangkan kebutuhan anggaran sebesar Rp 32 miliar. Sehingga, ditarik retribusi layanan persampahanyang kekurangan Rp 17 miliar dari industri. Dan seluruh industri di Gresik tidak ada masalah dengan tarif tersebut.
Setelah panjang lebar menjelaskan secara gamblang, ternyata pihak yang protes dengan kenaikan tarif pelayanan persampahan merupakan juragan kelapa di Pasar Baru Gresik (PBG) yang keberatan dengan kenaikan tarif ketika membuang sampah sabut kelapa ke TPA. Sebab, retribusi yang dikenakan sebesar Rp 70 ribu untuk 1 pikap di TPA.
“Jadi bukan pedagang pasar keseluruhan yang protes. Karena pihak UPT Pasar Baru Gresik yang hadir dalam hearing tidak menerima protes dari paguyuban pedagang pasar. Sebab, ada paguyuban PBG disitu,”papar dia.
Selain itu, UPT Pasar Baru Gresik tidak memungut retribusi sampah ke pedagang. Tetapi hanya retribusi stan meskipun pada tahun 2019 sempat dititipi DLH Gresik untuk memungut retribusi. Begitu juga DLH Gresik, tak ada yang memungut retribusi sampah ke pedagang pasar.
Komentar telah ditutup.